Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Petugas pemadam kebakaran atau damkar Depok, Sandi Butar-Butar, viral di media sosial karena memviralkan alat kerja gergaji mesin dan rem tangan truk pemadam kebakaran yang rusak. Dia mengatakan peralatan kerja rusak berdampak pada kinerjanya dan rekan-rekan selama di lapangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satunya adalah dia pernah menolak untuk mengatasi pohon tumbang karena gergaji mesin rusak. “Sampai warga nyamperin sih, dimaki-maki. Dibilang pemadam kerjanya apa sih?” kata Sandi saat ditemui di kantornya, Unit Pelaksana Teknis Cimanggis Dinas Pemadam Kebakaran atau damkar Kota Depok, Senin, 22 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penolakan itu bukan tanpa alasan, jika menggunakan peralatan lain bakal menyulitkan dan memakan waktu lama. Tapi tugas itu tidak selalu ditolak, tugas menangani pohon tumbang lainnya tetap dilaksanakan meski merasa keberatan dengan alat kerja yang seadanya.
Tugas yang sudah pasti tidak akan ditolak adalah memadamkan kebakaran. Sandi dan rekan-rekan selalu menunaikan tugas, meski dalam memadamkan api pun juga memiliki hambatan.
“Selangnya bocor, koplingnya (penyambung) longgar,” ucapnya. Alat kerja itu ternyata masih digunakan meski fungsinya sudah menurun.
Kendala lainnya adalah pada helm untuk baju tahan api. Sandi juga menunjukkan kepada Tempo, ada dua helm yang pada bagian saluran oksigennya macet, sehingga tidak layak digunakan.
Kemudian, sarung tangan untuk menangani hewan liar juga dianggap tidak sesuai standar. Selama ini, kata Sandi, sarung tangannya justru untuk standar pengelasan besi.
Kualitas itu justru cukup membahayakan jika menangani hewan dengan cakar yang tajam dan kuat. Walau begitu, sarung tangan las tersebut mau tidak mau tetap digunakan untuk evakuasi hewan liar.
“Gue pernah kecakar monyet gede, sarung tangan tembus digigit juga,” tutur Sandi.
Cerita peralatan kurang memadai juga tidak hanya itu, Sandi mengungkapkan saat ini hanya ada dua handy talkie yang justru tidak berfungsi. Padahal itu harus digunakan setiap tugas apapun, mau tidak mau saat di lapangan seperti menangani kebakaran, antarpetugas hanya berkomunikasi dengan berteriak.
Kemudian, kata Sandi, kondisi truk pemadam kebakaran juga kurang mendapatkan perawatan dari bidang sarana dan prasarana. Padahal ada satu unit truk yang rem tangannya sudah jebol dan membahayakan, tapi belum diperbaiki.
Dia mengatakan petugas lapangan sepertinya hanya bertugas memastikan alat digunakan sebaik mungkin dan melaporkan jika terjadi kerusakan alat. “Gue dan anggota di lapangan, kalau alat rusak hari itu, kami langsung lapor dan bikin nota dinas. Sampe sana (bidang sarana dan prasarana) kami nggak tahu mekanismenya seperti apa,” ujar Sandi.
Kesal karena tidak ada perbaikan, Sandi pun berani memviralkan kerusakan alat kerja di kantornya agar mendapat perbaikan dari Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok. Sandi menyatakan sudah siap menghadapi apa yang terjadi setelah videonya viral di media sosial, termasuk dipanggil atasannya pada hari ini untuk ‘dibina’.
Tempo juga menemui dua orang teman Sandi saat mendatangi Unit Pelaksana Teknis Cimanggis Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok. Mereka juga mengungkapkan kendala peralatan yang sama seperti yang disampaikan Sandi.
Seorang teman sandi yang namanya tidak ingin disebut mengatakan, semua fakta yang diungkap Sandi adalah benar dan dirasakan teman sekantor. Bahkan kemungkinan juga di Unit Pelaksana Teknis selain Cimanggis juga mengalami hal yang sama. “Memang benar faktanya begitu di lapangan,” kata teman Sandi tersebut.
Setelah viral ini memang diharapkan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok lebih perhatian kepada petugas yang turun ke lapangan. “Kami bekerja selalu taruhannya nyawa,” ucap teman Sandi.