Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sambil terseok-seok, Muhammad Shobur berjalan memasuki ruangan kecil di Lapas Gunung Sindur Bogor, Jawa Barat, Jumat kemarin. Shobur alias Mr. Po adalah pelaku utama jaringan video porno anak yang dibongkar Polres Bandara Soekarno-Hatta beberapa waktu lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengenakan baju tahanan warna biru, terpidana 12 tahun penjara ini tampak kuyu. Meski mengatakan cukup sehat, tetapi lebih dari lima kali pria kelahiran 1994 asal Depok ini bersendawa selama 1,5 jam berbincang dengan Moh.Khory Alfarizi dan Ayu Cipta dari TEMPO.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya tak mau lagi membuka lembaran lama. Kasihan korban. Saya memilih menyendiri, membaca novel dan memperdalam agama, mengaji," kata Shobur dengan suara lirih, hampir tak terdengar. Dia meminta maaf kepada korbannya, anak-anak.
Berkali-kali Shobur menggerakkan badannya. Kadang kepalanya ia dongakkan ke atas. Sesekali menunduk dan meneteskan air mata
Shobur telah mendekam di penjara sejak 2021. Saat ia di balik jeruji besi ayahnya meninggal. Ibu dan kesembilan kakaknya tak lagi membesuk. Ia merupakan bungsu dari pasangan mandor bangunan dan ibu rumah tangga.
Meski bukan dari golongan berada, masa kecil Shobur terbilang riang gembira. Dia mengaku kerap diberi uang jajan Rp 50 ribu oleh hampir semua kakak-kakaknya. Uang jajan itu dia kumpulkan untuk beli makanan cepat saji yang ia sukai.
"Waktu kecil aku senang karena suka dibelikan mainan mobil remote control sama ayah, Umi juga sayang sama aku," katanya tertawa. Rupanya ingatan masa lalu tentang keluarga menimbulkan rasa senang di hati Shobur.
Awal Mula Berkawan dengan Anak-Anak
Sejak lahir hingga lulus dari SMK, Shobur tinggal bersama keluarganya di Depok. Sekitar 2018 ia memita izin untuk tinggal sendiri. "Aku ingin bebas aja," ujarnya.
Jadilah ia mengontrak rumah petak di sebuah gang sempit di belakang sebuah mal di Depok. Uang sewa kontrakan didapat dari ayahnya.
Di lingkungan rumah sewanya, Shobur bergaul dengan tetangga termasuk berkawan dengan anak-anak sekitar dan bermain game online bersama.
Hubungan Shobur dan anak-anak di sekitar kontrakan mulanya baik- baik saja. Ia kerap membelikan mereka makanan dan memberi uang. Sampai akhirnya tiga anak yang masih duduk di Sekolah Dasar menjadi korban kejahatan Shobur.
Selanjutnya: Awal kejahatan Shobur
Berawal dari Beli Video Porno
Pada suatu hari di 2018, Shobur berniat membeli video percintaan orang dewasa. "Bayar lima puluh ribu dan saya dipandu masuk ke grup Porn 69. Rupanya itu berisi video-video asusila dengan pemeran anak-anak," kata pria bertinggi 159 sentimeter itu.
Pertama kali video porno itu dia beli dari seorang berinisial H. Namun, karena isinya tak sesuai keinginannya, Shobur uring-uringan. "Saya kata-katai, kesel, tapi saya di grup diam saja, menyimak dan mengikuti Porn 69 itu, " ujarnya.
Karena keseringan nonton video asusila itu, Shobur pun membagikan video dari grup Porn 69 ke sebuah grup Telegram yang dia buat sendiri. Nama grupnya Mr. Po Generation. Grup ini untuk menampung ribuan video yang dia comot dari Porn 69, selain video yang dibuatnya.
Lama kelamaan anggota grup Telegram Mr. Po Generation bertambah. Datang dari dalam dan luar negeri. Pintu masuknya sama, yaitu berawal dari pembelian video porno. "Saya kasih akses semacam member," katanya.
Tak hanya jadi penonton, Shobur juga memproduksi konten pornografi anak dan menjualnya sesuai pesanan. Ada sekitar sepuluh video hasil produksinya bersama tiga orang kru yang ia rekrut; I, J dan T.
Ketiga orang itu seolah-olah menjadi murid Shobur. "Saya gurunya ngajari mereka ambil gambar, merekrut anak-anak, dan mengedit," katanya.
Sobur dan krunya menggunakan sekitar 20 anak sebagai pemain. Video porno anak ini, kata dia, banjir pesanan dari luar negeri seperti Amerika Serikat, Yunani, Philipina dan Eropa. "Komunikasi dengan orang asing saya memakai Google Translate, saya tidak pandai berbahasa Inggris," ujarnya.
Namun, tak semua video porno anak pesanan dari luar negeri dikerjakan Shobur dan timnya. Kadang-kadang ia mengoper pesanan tersebut kepada Handiki Setiawan alias Han Gopay. Meski berbagi pekerjaan, Shobur dan Handiki rupanya tak saling kenal. Mereka menggunakan nama samaran dan terhubung via grup telegram.
Handiki Setiawan saat ini sedang menjalani proses persidangan di Pengadilan Negeri Tangerang. Dia bersama empat orang lain juga menjadi terdakwa kasus pornografi.
Shobur juga membuat akun telegram lain dengan nama Mr. Po. Generation Discussion. Pengikutnya adalah member dari grup Mr. Po, tetapi jumlah pesertanya hanya 30 orang saja. Karena untuk masuk ke sana Shobur mengenakan tarif Rp. 150 ribu. Di antara anggotanya adalah T, J dan T.
Selanjutnya: Kepala lapas khawatir Shobur di-bully tahanan lain
Suka Baca Novel
Sejak mendekam di penjara Shobur mengaku bersalah dan menutup lembaran hitam hidupnya. Dia memilih mengurung diri dan tak bersuara walau sekadar ngobrol dengan kawan di Blok Pengamanan, di mana dia ditempatkan.
Dia hanya membisu, membaca, dan hanya menjawab kalau ditanya petugas. Itupun menanggapinya lama tergantung mood. "Saya memang gak mau bergaul, saya menutup diri. Saya baca novel paling suka karya Tere Liye," katanya tertawa, terlihat gigi kuningnya salah satu gigi bagian tengah sudah tanggal. Dia ompong.
Tak hanya terpikat Hujan, novel karangan Tere Liye, Shobur telah melahap sekitar 50-an novel di antaranya Gembala Rindu. "Novel bercerita tentang keluarga," katanya terbahak.
Shobur mengatakan ketinggalan baca novel seri kedua Gembala Rindu lantaran buku itu sudah keburu dibaca kawan dari Blok lain. "Saya pengen keliling dunia," katanya menyampaikan cita-citanya yang belum kesampaian.
Kepala Lapas Kelas II A Narkotika Gunung Sindur Bogor Dedi Cahyadi mengatakan saat ini Shobur ditempatkan di Blok Pengamanan lantaran mengalami keterbelakangan pergaulan.
"Dia susah adaptasi dan kami menghindari resiko dia di-bully oleh Warga Binaan Pemasyarakatan lainnya. Maka kami pisah demi kebaikan dia sendiri," kata Dedi
Selama menjalani hukuman di Lapas Gunung Sindur, M. Shobur total telah mendapat remisi (pengurangan hukuman) sebanyak 9 bulan di antaranya saat Idul Fitri.
Baca laporan lengkapnya di Majalah tempo edisi pekan ini, klik di sini
Pilihan Editor: Kasus Pornografi Anak Laki-laki di Bawah Umur, Polres Bandara Soekarno-Hatta Temukan 3.870 Video