Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ini Strategi Kemendag Amankan Stok dan Harga Gula

Ada lima strategi Kemendag amankan stok dan harga gula, salah satunya melakukan operasi pasar gula langsung.

26 Mei 2020 | 10.40 WIB

Ilustrasi gula pasir. ANTARA/Septianda Perdana
Perbesar
Ilustrasi gula pasir. ANTARA/Septianda Perdana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Info Tempo Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah melakukan antisipasi kelangkaan gula 2020 akibat menipisnya stok gula di dalam negeri. Antisipasi dilakukan melalui kebijakan  membuka kran impor yang diberikan Kemendag pada  November 2019 kepada empat perusahaan sebanyak 160.440 ton gula. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau Perum Bulog melalui anak perusahaannya PT Gendhis Multi Manis (GMM) mendapatkan PI  pada  29 November 2019  dan 13 April 2020 dengan total impor gula sebesar 64.750 ton,” ujar Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Indrasari Wisnu Wardhana di Jakarta, Minggu, 24 Mei 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ditegaskan Wisnu, Perum Bulog telah diberi tugas melakukan importasi GKP sebesar 50 ribu ton pada 7 April 2020. Bulog juga mendapatkan persetujuan pengalihan gula dari PT Sumber Mutiara Indah Perdana (SMIP) sebesar 20 ribu ton pada 13 Maret 2020. 

“Dengan demikian secara keseluruhan Perum Bulog mendapat sebesar 134.750 ton dan telah direalisasikan sebesar 75.350 ton,” kata Wisnu.

Menurut Wisnu, kurangnya pasokan gula kristal putih pada saat ini terutama disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, produksi gula dalam negeri tahun 2019 yang tidak sesuai dengan perkiraan. Akibatnya hasil produksi dalam negeri yang seharusnya cukup sampai Maret 2020 ternyata hanya cukup sampai Februari 2020. Hal ini ditandai dengan mulai naiknya harga gula di tingkat konsumen. 

Kedua, bergesernya musim giling tebu yang umumnya dimulai April mundur menjadi akhir Juni dan kemungkinan adanya penurunan produksi gula dalam negeri akibat perubahan iklim. 

Ketiga, belum maksimalnya realisasi impor oleh pabrik gula berbasis tebu rakyat yang mendapat izin impor karena terjadinya pandemi Covid-19 di beberapa negara asal impor seperti India, Thailand dan Australia. 

“Negara-negara tersebut menerapkan lockdown dalam menekan penyebaran corona sehingga mengakibatkan terhambatnya logistik dan transportasi kapal pengangkut serta adanya pengalihan negara asal impor ke negara lain yang dilakukan oleh importir seperti ke Brazil dan beberapa negara di Afrika dengan konsekuensi waktu tempuh untuk importasi yang lebih lama,” ujarnya menjelaskan.

Kegiatan importasi baru mulai masuk secara bertahap pada April sampai dengan Juni 2020. 

“Hal  ini memberikan dampak langsung terhadap pemenuhan gula kristal putih sehingga mengurangi pasokan kepada masyarakat pada bulan-bulan tersebut,” katanya. 

Langkah tersebut sesuai langkah Menteri Perdagangan Agus Suparmanto yang telah membuat lima langkah kunci strategis dalam menekan melonjaknya harga gula. 

Pertama, mengalihkan gula kristal mentah untuk gula rafinasi menjadi gula konsumsi untuk memenuhi kebutuhan pasar sebesar 250 ribu ton. Pada saat ini telah dilakukan distribusi sebesar 175.335 ton dengan rincian sebanyak 16.293 ton langsung kepada ritel modern dan sisanya disalurkan langsung ke distributor dan pedagang.

Kedua, meminta produsen dan distributor untuk memutus mata rantai distribusi yang panjang sehingga gula tersebut bisa langsung ke pedagang pasar rakyat dan ritel modern.   

Ketiga, memotong rantai distribusi dengan meminta produsen melakukan penyaluran gula langsung ke pedagang di pasar rakyat, selain itu juga akan dilakukan penjualan gula curah tanpa kemasan di ritel modern serta dilakukan monitoring dengan melibatkan Kemendag dan Satgas Pangan agar harga sesuai HET.

Keempat, melakukan operasi pasar gula langsung untuk menurunkan harga secara signifikan. Operasi pasar dilakukan melalui kerjasama dengan produsen dan distributor gula yang menyalurkan gula secara langsung ke pasar dengan harga sesuai HET Rp 12.500 per kilogram. 

Operasi Pasar ini dilakukan secara serentak di 34 provinsi mulai minggu ke-3 pada Mei 2020 dan akan dilakukan setiap hari.         

Kelima, sebagai implementasi dari pengawasan yang dilakukan, Menteri Perdagangan meminta Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga bersama Satgas Pangan terus melakukan penindakan kepada pelaku bisnis atau distributor gula yang nakal karena melakukan penyimpangan distribusi gula. (*)

Bahasa Prodik

Bahasa Prodik

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus