Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font face=arial size=1 color=#FF9900>Malaysia</font><br />Penggerebekan di Rabu Malam

Aparat Malaysia menggerebek acara makan malam di sebuah gereja di Petaling Jaya. Menambah ketegangan antaragama.

22 Agustus 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bangunan yang dipakai sebagai gereja di Petaling Jaya, Malaysia, itu tampak tertutup. Seorang petugas keamanan bertanya penuh selidik ketika Tempo mendatanginya. ”Sejak peristiwa pemeriksaan oleh JAIS (Departemen Agama Selangor) beberapa hari lalu, tak sembarang orang diperbolehkan masuk gereja. Kecuali jemaat yang sudah biasa melakukan kebaktian," katanya.

Rabu malam pekan lalu, insiden pecah di gedung yang disewa Damansara Utama Methodist Church (DUMC) ini. Sejumlah aparat menggerebek acara makan malam yang digelar Harapan Komuniti. Lembaga nirlaba itu membantu keluarga miskin, orang tua perempuan tunggal, anak-anak, penderita HIV/AIDS, dan korban bencana alam, tanpa mempedulikan latar belakang agama.

Pendeta senior Daniel Ho tak melihat ada yang istimewa dengan acara itu. "Makan malam ini adalah kumpulan perayaan multirasial para relawan, pemimpin, pendukung, dan anggota komunitas yang menerima bantuan dari kerja-kerja LSM," katanya dalam pernyataan pers yang dikirim ke Tempo. Sekitar 120 orang yang merupakan pemimpin, anggota, penerima bantuan, dan simpatisan hadir dalam acara tersebut. Di antara mereka ada 12 warga muslim yang awal pekan lalu diperiksa di kantor Departemen Agama Selangor.

Namun, sekitar pukul 22.00, 30-an tamu tak diundang memasuki gereja. Sebagian berseragam, sebagian lainnya mengenakan pakaian biasa. Mereka adalah petugas dari Departemen Agama Selangor dan aparat kepolisian yang langsung memotret serta merekam gambar para tamu. Menurut Daniel Ho, para petugas tersebut menggali informasi terperinci tentang para tamu muslim.

Tak ada yang ditahan dalam penggerebekan tersebut. Tapi DUMC tetap memprotes. "Kami menyeru seluruh warga Malaysia untuk tidak memaafkan pelanggaran kebebasan berkumpul dan berasosiasi sesuai dengan pasal 10 konstitusi Malaysia," kata Daniel Ho.

Departemen Agama Selangor menyangkal melakukan penyerbuan dan mengaku hanya melakukan pengecekan. Menurut pemimpin Departemen Agama Selangor, Marzuki Hussin, kepada The Star, pengecekan tersebut sesuai dengan Syariah Criminal Enactment Selangor 1995. Aparat mengecek soal kehadiran warga muslim dalam acara di gereja.

Penasihat Eksekutif Selangor Hasan Ali membela tindakan aparat pemerintah. Menurut dia, ada bukti adanya upaya pemurtadan warga muslim. "Kami melakukan penggerebekan setelah menerima laporan kehadiran warga muslim pada acara buka puasa di gereja," ujarnya kepada The Malaysian Insider.

Ia menambahkan, pada awal acara, ada orang mengutip Al-Quran dan berdoa dalam pidatonya. Aparat juga menemukan materi ajaran non-Islam meskipun ada upaya menyingkirkannya.

Menteri Besar Selangor Abdul Khalid Ibrahim menghubungi Pendeta Daniel Ho dan menyatakan penyesalannya atas insiden Rabu malam itu. "Saya memberi tahu beliau bahwa saya telah minta JAIS memberi laporan penuh mengenai insiden ini, termasuk sebab-sebab terperinci serbuan tersebut dilakukan," kata Abdul Khalid dalam pernyataan persnya.

Sebelumnya, Marzuki Hussin memberi tahu Tempo lewat pesan pendek, "Pihak Jabatan Agama Islam Selangor memohon agar semua pihak bertenang berhubung dengan pemeriksaan atas DUMC sampai berkas perkara selesai."

Ketegangan antara komunitas agama dan pemerintah Malaysia tak hanya terjadi kali ini. Dua tahun lalu, Kementerian Dalam Negeri Malaysia melarang koran Katolik menggunakan "Allah" untuk menerjemahkan Tuhan dalam surat kabarnya yang berbahasa Melayu.

Umat Nasrani—9,2 persen dari total 28,3 juta penduduk Malaysia—amat marah ketika Kementerian Dalam Negeri menyita sekitar 30 ribu Injil berbahasa Melayu. Injil-Injil tersebut kemudian dikembalikan setelah ditandai salib dan tulisan "publikasi Kristen".

Kelompok muslim pembangkang pun menjadi korban pembatasan pemerintah. Menurut Deputi Presiden Partai Islam Se-Malaysia Mohamad Sabu, saat ini banyak ustad partainya dilarang berceramah di Selangor.

Purwani Diyah Prabandari, Masrur Dimyathi (Kuala Lumpur)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus