Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Setelah Rusuh Reda

London perlahan bangkit dari puing kerusuhan. Pemerintah dan oposisi bersilang pendapat tentang isu kerusakan moral masyarakat.

22 Agustus 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mark Disley, matanya menyapu lingkungan di hadapannya. "Peckham sekarang lebih rapi dan bersih," ujar pria setengah baya penduduk Peckham, London Selatan, itu sambil tertawa.

Sejumlah toko masih menutup jendela kacanya dengan kayu lapis. Ada pula toko yang memasang jendela kaca baru, seperti toko gadai Money Shop dan toko pakaian pria Blue Inc. Di Poundland, toko yang menjual semua barangnya dengan harga satu pound sterling dihiasi lapisan penutup jendela bertulisan "Dinding Cinta Peckham".

Setelah kerusuhan yang mengguncang London reda, warga yang dimobilisasi lewat media sosial Facebook dan Twitter berbondong-bondong mendatangi daerah perbelanjaan Peckham. Mereka membawa sapu, kantong penampung sampah, dan sarung tangan untuk membersihkan daerah miskin yang menjadi korban kerusuhan itu.

Warga menempelkan bermacam pesan yang semuanya menentang kerusuhan dan penjarahan. Ada yang bernada lucu, seperti "Menjarah itu tidak pantas, lebih baik pulang minum teh". Atau yang bernada lebih serius, seperti "Jangan salahkan Peckham. Jika ada masalah, bawa ke Parlemen".

Cerita kepahlawanan mulai bermunculan setelah huru-hara usai. "Seorang lelaki misterius menghadang para perusuh yang akan membakar toko kami," kata seorang pegawai toko Blue Inc. Lelaki itu, menurut mereka, masuk ke toko ketika perusuh mulai melakukan pembakaran, lalu dengan tenang mematikan api dan melemparkan keluar pakaian yang sudah mulai terbakar.

Kisah yang membangkitkan harapan seperti itu muncul pula dari daerah lain di London yang dilanda kerusuhan. Tiga puluh sepeda yang dicuri dari toko sepeda Cycle King di Distrik Croydon dikembalikan ke toko yang mengalami kerugian tak kurang dari 120 ribu pound sterling itu oleh orang-orang yang menemukan sepeda-sepeda itu di kebun rumah mereka. "Lebih dari sepuluh orang juga datang ke toko kami menawarkan diri untuk membersihkan toko yang dirusak," kata Mark Baker, Direktur Cycle King.

Shiva Kandlah kini sudah membuka tokonya kembali berkat adanya penggalangan dana oleh mereka yang bersimpati. Dia menjadi terkenal karena tak bisa membendung tangisnya ketika diwawancarai sebuah stasiun televisi. Pasalnya, kerugiannya hampir mencapai 60 ribu pound sterling, setelah tokonya di Hackney dijarah, dan hanya tersisa 25 pence di kantongnya.

"Saya sendiri tidak akan mampu memperbaiki toko dan mengisi stok. Ketika hal itu terjadi, saya merasa tidak punya harapan lagi," kata Shiva, seperti dikutip Evening Standard. "Tapi orang baik berdatangan. Mereka membantu memperbaiki toko saya dan menyumbangkan uang. Anak-anak pun ada yang datang memberikan uang jajan mereka. Ini membuat saya tersenyum dan hati saya rasanya disinari mentari," ujar Shiva.

Tapi tidak semua cerita berakhir bahagia. Masih ada ratusan warga yang kehilangan tempat tinggal dan kini menempati penampungan sementara atau di hotel-hotel yang disewa pemerintah setempat. Banyak juga yang mungkin tidak akan bisa kembali lagi ke bekas rumah mereka.

Laporan tentang korban meninggal pun mulai terdengar. Richard Mannington Bowes, 68 tahun, meninggal di rumah sakit setelah diserang seorang remaja perusuh ketika berusaha memadamkan api yang disulut perusuh di daerah Ealing, London Barat. Di Birmingham, tiga pria tewas ketika berusaha mempertahankan toko mereka dari jarahan massa.

Polisi kini giat mengedarkan foto-foto perusuh dari kamera CCTV dan meminta masyarakat melapor jika mengenali para tersangka. Pengadilan di kota-kota yang terkena kerusuhan sibuk bekerja untuk menuntut 1.457 orang yang sudah ditangkap kepolisian London, yang juga dikenal sebagai Scotland Yard. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, sidang pengadilan di London digelar pada hari Minggu.

Dilaporkan bahwa 305 tersangka berusia 18 tahun, sehingga orang tua mereka harus ikut menghadap ke pengadilan. Seorang remaja 15 tahun yang ikut mencuri di Chingford, London Timur, datang ke pengadilan ditemani ayah tirinya. Adapun ibunya begitu geram sehingga tak mau menemani anaknya yang terlibat dalam penjarahan.

Harian The Guardian menyebutkan seorang wanita 35 tahun dijatuhi­ hukuman 16 minggu karena menadah barang curian. Wanita itu, Tracy O’Leary, mengaku melihat sekelompok orang menaruh tas berisi barang curian di balik semak-semak dan kemudian dia mengambilnya. Hakim Susan Williamson mengomentari wanita itu sebagai orang yang "serakah".

l l l

Ketika masyarakat menunjukkan rasa bersatu untuk menentang terulangnya peristiwa yang mengejutkan ini, Perdana Menteri Inggris David Cameron memulai kampanyenya tentang kerusakan moral masyarakat. Kerusuhan dan penjarahan, menurut dia, bukanlah dampak adanya kemiskinan, rasialisme, ataupun pemotongan besar-besaran anggaran belanja publik yang dilakukan pemerintahnya. "Ini semata-mata masalah perilaku," katanya.

"Menangani isu masyarakat bermasalah akan menjadi agenda utama pemerintahan koalisi Partai Konservatif dan Liberal Demokrat," kata Cameron. Pemerintah akan memerangi geng-geng kriminal serta memperberat sanksi kepada mereka yang melanggar peraturan. Salah satunya disebutkan mereka yang terlibat dalam kerusuhan bisa langsung dikenai hukuman dengan dicabut tunjangan sosial atau tunjangan perumahannya.

Gagasan itu mengundang kritik dari berbagai kalangan, termasuk dari oposisi Partai Buruh, yang menilai reaksi tanpa pikir panjang semacam ini dapat merugikan dan kontraproduktif. Kelompok Aksi untuk Anak Miskin mengatakan pencabutan pemberian jaminan perumahan atau sosial bisa menjadi hukuman ganda yang tidak adil bagi kelompok warga miskin.

Ed Miliband, Ketua Partai Buruh, mengatakan, dalam keadaan seperti ini, pemerintah seharusnya tidak menyalahkan siapa-siapa. "Cameron menyalahkan orang tua dan banyak pihak lain. Padahal kita semua terlibat dalam hal ini, dan kita semua bertanggung jawab serta akan memperbaiki masyarakat yang rusak ini bersama-sama." Miliband juga mengatakan kerusuhan terjadi karena faktor yang kompleks, termasuk kemiskinan dan faktor sosial lain.

Penulis lepas dan kolumnis terkenal Inggris, Janet Street-Porter, menulis di The Independent on Sunday. Ia menilai pernyataan Cameron, bahwa perilaku perusuh itu antisosial, sebagai sesuatu yang berlebihan. Dia mengingatkan bahwa Cameron pun, ketika masih menjadi anggota Bullingdon Club di Universitas Oxford, hampir setiap malam melakukan perusakan bersama Boris Johnson, yang kini menjadi Wali Kota London. "Perbaikan harus dimulai dari atas ke bawah, bukannya memaksa masyarakat di lapisan bawah bertanggung jawab," kata Street-Porter.

Kerusuhan juga membuat Cameron mengundang William Joseph "Bill" Bratton, yang disebut media Inggris dan Amerika sebagai "polisi super", untuk menjadi penasihatnya dalam menangani masalah geng kriminal. Bill Bratton, yang pernah menjadi kepala kepolisian di Los Angeles, Amerika Serikat, dikenal karena kebijakannya menangani kriminalitas sonder toleransi. Sebelumnya, Cameron bahkan menyatakan keinginannya agar Bratton dijadikan Komisaris Kepolisian Metropolitan London.

Namun keinginannya itu ditentang banyak pihak, termasuk anggota kabinetnya sendiri. Menteri Dalam Negeri Theresa May mengatakan jabatan Komisaris Kepolisian Metropolitan London hanya boleh dipegang warga negara Inggris karena jabatan itu dinilai sensitif. Perlu ditambahkan bahwa Komisaris Metropolitan sekaligus memegang komando atas operasi pembasmian terorisme. Theresa May mengusulkan adanya reformasi untuk kepolisian Inggris. Dia juga mengusulkan agar di sejumlah daerah diberlakukan jam malam terhadap warga yang berusia di bawah 16 tahun.

Ian Hanson dari Federasi Kepolisian Manchester dan Sekitarnya mengatakan Perdana Menteri sebenarnya tidak perlu menyewa polisi dari luar negeri untuk menangani hal seperti ini. Ji­ka personelnya ditambah, menurut dia, polisi Inggris juga mampu. "Kami punya banyak polisi yang mampu mengatasi masalah kriminal, seperti perilaku geng ini. Yang kami perlukan adalah jumlah petugas yang lebih banyak. Itu saja," katanya dalam acara televisi Newsnight.

Lenah Susianty (London)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus