SUDAH sejak lama, Mahathir Mohamad melihat -- seperti
dipaparkannya dalam buku The Malay Dilemma kaum bumiputra
(Melayu) hanya memegang peranan kecil dalam perekonomian
Malaysia. Kini lewat Kebijaksanaan Ekonomi Baru 20 tahun
Malaysia, dia memperoleh kesempatan meningkatkan peranan
bumiputra dari 12% menjadi 30% di sektor perekonomian. Tapi
sejak dilantik Juli lalu sebagai Perdana Menteri, dia tampak
ingin bergerak cepat, dan sering mengagetkan.
Misalnya, Permodalan Nasional Berhad (PNB), milik pemerintah,
awal September membeli hampir 26% (bernilai US $ 131 juta) saham
Guthrie Corporation Limited. Di perusahaan terkemuka itu, PNB
kini mengontrol 50,4% seluruh saham yang diterbitkan.
Guthrie di Malaysia memiliki 80 ribu ha perkebunan karet, kelapa
sawit, cokelat dan teh. Pemerintahan PM Mahathir, menurut lan
Coates, Managing Director Guthrie, melakukan "nasionalisasi dari
pintu belakang." Namun Menteri Keuangan Razaleigh Hamzah
membantahnya."Pembelian tersebut merupakan transaksi komersial
yang mengikuti aturan main," katanya.
PM Mahathir mengatakan pemerintahnya tidak menemukan peraturan
yang melarangnya membeli saham Guthrie.
Di luar dugaan, kalangan bisnis Inggris tidak menyukai PNB
meningkatkar kontrolnya atas Guthrie. Hingga Mahathir panas dan
membalas dengan memperketat pembelian komoditi eks Inggris.
Semacam pemboikotan? "Pemerintah (Malaysia) tidak akan membeli
(barang buatan) Inggris jika kita mampu. Tapi kita tetap akan
membelinya jika kita tidak mampu," jawab Mahathir seperti
dikutip koran News Straits Times (Kuala Lumpur). Meskipun
begitu, Mahathir menyatakan, "Malaysia masih membutuhkan lebih
banyak investasi."
Pekan lalu genap 100 hari Datuk Seri dr. Mahathir Mohamad duduk
di kursi perdana menteri. Dalam tempo singkat itu, dia juga
memerlukan menyatakan perang terhadap korupsi. "Mereka (yang
korup) tidak akan hidup bahagia. Karena mereka tahu setiap saat
ada sebilah pedang tergantung di atas kepala mereka," katanya
dalam wawancara pers.
"Pedang" itu belum terbukti tajam, tapi Mahathir akan
mengembalikan National Bureau of Investigation menjadi Badan
Pencegah Rasuah, yang sepenuhnya berurusan dengan soal korupsi.
Kemudian Dinas Pajak Malaysia akan mendaftar asset, kekayaan,
simpanan (di bank) dan saham (di perusahaan) dan pekerjaan lain
dari setiap menteri, wakil menteri, sekretaris parlemen, pejabat
tinggi dan senior negara. Dan Dinas Pajak kemudian memerintahkan
Badan Pencegah Rasuah melakukan penghitungan kekayaan setiap
saat.
Sejumlah perusahaan negara yang merugi dan diduga merupakan
sumber korupsi, katanya, akan ditutup. Dia sedang meningkatkan
efisiensi kerja. Seki tar setengah juta pegawai negeri sejak
Juli harus masuk kantor pukul 08.00 waktu setempat, satu jam
dipercepat. Di setiap kantor pemerintah tertentu juga dipasang
pencatat waktu, hingga gampang diketahui bila sang pegawai
membolos. Dalam usaha meningkatkan efisiensi kerja ini
pemerintah dikabarkan akan menghapuskan selisih waktu Malaysia
Barat (Semenanjung) dengan Malaysia Timur (Sabah dan Serawak)
-yang berbeda setengah jam -- supaya menjadi satu zone waktu
saja.
Tapi Lim Kit Siang, Ketua Partai Aksi Demokratik DAP), bernada
sinis. Sistem pencatat waktu itu, katanya, hanya merupakan
"perlengkapan mekanik yang tidak bisa menjamin pegawai negeri
(bisa) jujur dan taat." Menurut dia, hal yang mendesak ialah
"perubahan mendasar dalam falsafah pelayanan umum." Dan jika PM
Mahathir benarbenar berniat memerangi korupsi, Lim yakin
"sebagian besar pemerintah negara bagian akan bangkrut."
Anwar Ibrahim, Presiden Gerakan Pemuda Islam Malaysia menuntut
agar pemerintah mengumumkan kenapa perusahaan negara menderita
kerugian. "Sejumlah perusahaan tersebut (justru) baru didirikan
beberapa tahun lalu," katanya.
Baik Anwar maupun Lim setuju jika Badan Pencegah Rasuah dipegang
seorang direktur jendeal yang punya otonomi luas dan
bertanggung jawab hanya pada Parlemen. Namun Wakil PM Datuk Musa
Hitam tak setuju.
Pasangan Mahathir dan Musa--sering disebut 2M--kelihatan kompak.
Dalam 100 hari itu keduanya membangkitkan harapan keadaan
Malaysia tak lebih baik. Dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi 8% setahun, penganggur angkanya 5,3% dan inflasi
berkisar 8%, Malaysia bernasib lumayan. Tapi? "Saya tidak ingin
ada sebutan lagi Melayu lamban dan malas. Saya ingin orang
menaruh hormat pada (rakyat) Malaysia," kata Mahathir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini