Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

"Pedang" Mahathir Membawa Harapan

Kebijaksanaan-kebijaksanaan PM Mahathir Mohamad dalam pemerintahnya, a.l: di sektor perekonomian ingin meningkatkan peranan bumi putera, menyatakan perang terhadap korupsi dan efisiensi kerja.

7 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDAH sejak lama, Mahathir Mohamad melihat -- seperti dipaparkannya dalam buku The Malay Dilemma kaum bumiputra (Melayu) hanya memegang peranan kecil dalam perekonomian Malaysia. Kini lewat Kebijaksanaan Ekonomi Baru 20 tahun Malaysia, dia memperoleh kesempatan meningkatkan peranan bumiputra dari 12% menjadi 30% di sektor perekonomian. Tapi sejak dilantik Juli lalu sebagai Perdana Menteri, dia tampak ingin bergerak cepat, dan sering mengagetkan. Misalnya, Permodalan Nasional Berhad (PNB), milik pemerintah, awal September membeli hampir 26% (bernilai US $ 131 juta) saham Guthrie Corporation Limited. Di perusahaan terkemuka itu, PNB kini mengontrol 50,4% seluruh saham yang diterbitkan. Guthrie di Malaysia memiliki 80 ribu ha perkebunan karet, kelapa sawit, cokelat dan teh. Pemerintahan PM Mahathir, menurut lan Coates, Managing Director Guthrie, melakukan "nasionalisasi dari pintu belakang." Namun Menteri Keuangan Razaleigh Hamzah membantahnya."Pembelian tersebut merupakan transaksi komersial yang mengikuti aturan main," katanya. PM Mahathir mengatakan pemerintahnya tidak menemukan peraturan yang melarangnya membeli saham Guthrie. Di luar dugaan, kalangan bisnis Inggris tidak menyukai PNB meningkatkar kontrolnya atas Guthrie. Hingga Mahathir panas dan membalas dengan memperketat pembelian komoditi eks Inggris. Semacam pemboikotan? "Pemerintah (Malaysia) tidak akan membeli (barang buatan) Inggris jika kita mampu. Tapi kita tetap akan membelinya jika kita tidak mampu," jawab Mahathir seperti dikutip koran News Straits Times (Kuala Lumpur). Meskipun begitu, Mahathir menyatakan, "Malaysia masih membutuhkan lebih banyak investasi." Pekan lalu genap 100 hari Datuk Seri dr. Mahathir Mohamad duduk di kursi perdana menteri. Dalam tempo singkat itu, dia juga memerlukan menyatakan perang terhadap korupsi. "Mereka (yang korup) tidak akan hidup bahagia. Karena mereka tahu setiap saat ada sebilah pedang tergantung di atas kepala mereka," katanya dalam wawancara pers. "Pedang" itu belum terbukti tajam, tapi Mahathir akan mengembalikan National Bureau of Investigation menjadi Badan Pencegah Rasuah, yang sepenuhnya berurusan dengan soal korupsi. Kemudian Dinas Pajak Malaysia akan mendaftar asset, kekayaan, simpanan (di bank) dan saham (di perusahaan) dan pekerjaan lain dari setiap menteri, wakil menteri, sekretaris parlemen, pejabat tinggi dan senior negara. Dan Dinas Pajak kemudian memerintahkan Badan Pencegah Rasuah melakukan penghitungan kekayaan setiap saat. Sejumlah perusahaan negara yang merugi dan diduga merupakan sumber korupsi, katanya, akan ditutup. Dia sedang meningkatkan efisiensi kerja. Seki tar setengah juta pegawai negeri sejak Juli harus masuk kantor pukul 08.00 waktu setempat, satu jam dipercepat. Di setiap kantor pemerintah tertentu juga dipasang pencatat waktu, hingga gampang diketahui bila sang pegawai membolos. Dalam usaha meningkatkan efisiensi kerja ini pemerintah dikabarkan akan menghapuskan selisih waktu Malaysia Barat (Semenanjung) dengan Malaysia Timur (Sabah dan Serawak) -yang berbeda setengah jam -- supaya menjadi satu zone waktu saja. Tapi Lim Kit Siang, Ketua Partai Aksi Demokratik DAP), bernada sinis. Sistem pencatat waktu itu, katanya, hanya merupakan "perlengkapan mekanik yang tidak bisa menjamin pegawai negeri (bisa) jujur dan taat." Menurut dia, hal yang mendesak ialah "perubahan mendasar dalam falsafah pelayanan umum." Dan jika PM Mahathir benarbenar berniat memerangi korupsi, Lim yakin "sebagian besar pemerintah negara bagian akan bangkrut." Anwar Ibrahim, Presiden Gerakan Pemuda Islam Malaysia menuntut agar pemerintah mengumumkan kenapa perusahaan negara menderita kerugian. "Sejumlah perusahaan tersebut (justru) baru didirikan beberapa tahun lalu," katanya. Baik Anwar maupun Lim setuju jika Badan Pencegah Rasuah dipegang seorang direktur jendeal yang punya otonomi luas dan bertanggung jawab hanya pada Parlemen. Namun Wakil PM Datuk Musa Hitam tak setuju. Pasangan Mahathir dan Musa--sering disebut 2M--kelihatan kompak. Dalam 100 hari itu keduanya membangkitkan harapan keadaan Malaysia tak lebih baik. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 8% setahun, penganggur angkanya 5,3% dan inflasi berkisar 8%, Malaysia bernasib lumayan. Tapi? "Saya tidak ingin ada sebutan lagi Melayu lamban dan malas. Saya ingin orang menaruh hormat pada (rakyat) Malaysia," kata Mahathir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus