Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Mereka Yang Tak Resah

Dengan perubahan ITT menjadi STTT, maka beberapa fakultas dan akademi tekstil swasta akan berubah cara penyelenggaraan ujian negaranya untuk tingkat sarjana muda dan sarjana.

7 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KARENA ITT menjadi STTT, tentu akan berubah cara pengujian beberapa fakultas dan akademi tekstil swasta. Soalnya: akan menjadi aneh, bila STTT yang sekarang tak memberi gelar itu menguji mahasiswa swasta untuk memberi gelar. Misalnya bagi Fakultas Teknologi Tekstil (FTT) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. FTT Ull ini, mulai dibuka 1975 telah meluluskan 3 5 sarjana muda (dari 124 sarjana muda lokalnya). Penyelenggara ujian negaranya memang Universitas Gajah Mada (UGM). Tapi untuk mata kuliah pertekstilan, UGM pun minta bantuan ITT (kini STTT). Tapi perubahan di Bandung rupanya tak menyentuh fakultas tekstil yang satu-satunya di Jawa Tengah ini. Sebab, "perlahan-lahan kami mengurangi berkiblatnya FTT ini ke ITT, dulu," ka H.M. Toyib, Pembantu Dekan I. Desember nanti menurut rencana UII akan mengadakan seminar kurikulum dan silabus FTT-nya. Bagi Fakultas Teknologi dan Industri Tekstil (FTIT) Universitas Darma Agung (UDA), Medan, apa lagi. Fkultas yang dibuka 1979 ini, merupakan peleburan dari Akademi Tekstil T.D. Pardede yang berdiri 1963. Sejak Februari lalu, ijazah sarjana mudanya telah disamakan dengan ijazah negeri. Jadi cukup ujian di sekolah sendiri. Dulu, Akademi Tekstil Pardede memang mengundang dosen ITT. Dan sampai dileburnya ke UDA, akademi ini sempat menelurkan sekitar 300 sarjana muda. FTIT sendiri, yang kini punya 250 mahasiswa (tingkat I, II dan III), belum meluluskan sebiji sarjana muda pun. Sudah Dipesan Yang lain-lain -- Akademi Tesktil Surabaya Fakultas Teknologi Tekstil Universitas Syekh Maulana Yusuf, Tangerang dan Fakultas Teknologi Tekstil Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta -- pun rupanya tak memusingkan benar yang terjadi di ITT. "Tentu akan ada peraturan tersendiri, nanti bagi yang swasta-swasta itu," kata Dirjen Pendidikan Tinggi pekan lalu. Yang jelas, semua lulusan akademi atau fakultas teknologi tekstil itu sebenarnya tak ada yang menganggur. "Sebelum lulus sudah dipesan," tutur H.M. Toyib, Pembantu Dekan I FTT UII. Kecuali terserap ke pabrik tekstil (menurut buku Almanak Industri 178 ada sekitar 550 pabrik tekstil di seluruh Indonesia), juga banyak yang menjadi guru di dua STM yang punya jurusan teknologi tekstil--satu di Bandung dan satu di Pekalongan. Padahal tercatat sampai tahun ini ada 2.589 sarjana muda pertekstilan-1.096 dari ITT. Untuk tingkat sarjana penuh memang baru ITT (dulu) yang mengeluarkan. Jumlahnya 120 orang S. Teks.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus