Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seekor lumba-lumba beluga yang mengenakan tali harness ditemukan oleh nelayan di lepas pantai Norwegia dan diduga sebagai mata-mata Angkatan Laut Rusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut laporan Sky News, 1 Mei 2019, Direktorat perikanan Norwegia mengunggah gambar dan video di media sosial yang mengatakan, "lumba-lumba putih di lepas pantai Finnmarkkysten yang memiliki tali ketat diikat di tubuhnya bebas."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Awak dari Dinas Kelautan Direktorat Perikanan dilatih untuk melepaskan paus dari tali dan alat tangkap dan, bersama dengan nelayan setempat Joar Hesten, mereka berhasil membebaskan lumba-lumba itu."
Salah satu nelayan mengatakan kepada penyiar nasional Norwegia NRK bahwa ada dua tali pengikat yang diikat di sekitar lumba-lumba.
"Tali dijepit dengan gesper," tambahnya. Sementara harness yang mengikat lumba-lumba tertulis "Peralatan St Petersburg".
"Ketika saya berbaring di air, dia datang jauh-jauh ke samping, dan saya berhasil meraih gesper depan dan membukanya," kata nelayan itu.
Audun Rikardsen, seorang profesor di departemen Arktik dan biologi kelautan di Universitas Arktik Norwegia, mengatakan kepada penyiar nasional. "Kami tahu bahwa di Rusia mereka memiliki lumba-lumba domestik di penangkaran dan juga bahwa beberapa di antaranya tampaknya telah dirilis. Kemudian mereka sering mencari perahu."
Rikardsen mengatakan dia telah berbicara dengan rekan-rekan Rusia yang mengatakan mereka tidak mengetahui adanya proyek ilmiah yang melibatkan beluga.
"Mereka memberi tahu saya bahwa kemungkinan besar adalah angkatan laut Rusia di Murmansk," katanya.
Tali harness yang terikat pada lumba-lumba tertulis St. Petersburg.[Jorgen Ree Wiig/fiskeridirektoratet/Sky News]
Menurut laporan New York Times, tali harness yang mengikat lumba-lumba beluga tampaknya diperuntukkan untuk kamera sejenis GoPro.
Ilmuwan Norwegia mengatakan kepada wartawan bahwa mereka percaya mamalia itu dilatih oleh Angkatan Laut Rusia. Otoritas Rusia belum mengomentari spekulasi itu.
Penggunaan hewan untuk operasi militer bukan hal yang aneh. Selama Perang Dingin, angkatan laut Soviet melatih lumba-lumba untuk penggunaan militer, tetapi program ini dihentikan sekitar tahun 1991.
Angkatan Laut Amerika Serikat telah mempelajari mamalia laut, termasuk paus beluga, sejak tahun 1960-an dan telah melatih mereka untuk melakukan berbagai tugas , seperti melakukan operasi pemulihan dan menemukan tambang bawah laut.
Wartawan senior New York Times pernah John Ismay bertugas sebagai petugas pembuangan persenjataan peledak Angkatan Laut dan menjelaskan hal-hal yang dilatih untuk dilakukan oleh lumba-lumba, paus, dan singa laut.
Terdengar aneh, namun faktanya Angkatan Laut menggunakan lumba-lumba untuk berbagai misi. Naval Information Warfare Center, Pasifik, melatih lumba-lumba hidung botol Atlantik di pangkalan di Point Loma, California, sementara komunitas tempat pembuangan senjata peledak Angkatan Laut menggunakan mamalia untuk banyak operasinya.
Ada dua alasan kenapa menggunakan lumba-lumba, pertama, bio-sonar mereka lebih baik daripada sonar mekanik yang pernah dibuat. Lumba-lumba menghasilkan gelombang sonar dari dahi mereka, dan mereka dapat dengan cepat menemukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan manusia.
Kedua, lumba-lumba bisa berulang kali menyelam lebih dalam dari penyelam manusia, mencapai kedalaman bawah air yang hanya bisa dicapai hanya dengan menggunakan robot. Dengan alasan ini, bukan tidak mungkin lumba-lumba beluga yang ditemukan di Norwegia termasuk milik Angkatan Laut Rusia dan dijadikan mata-mata.