Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

AS Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel, Khawatir Serangan ke Rafah

Amerika Serikat menghentikan pengiriman senjata yaitu 3.500 bom ke Israel pekan lalu, khawatir digunakan di Rafah.

8 Mei 2024 | 17.54 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Asap mengepul setelah serangan Israel ketika pasukan Israel melancarkan operasi darat dan udara di bagian timur Rafah, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza 7 Mei 2024. Sejumlah tank Israel juga terlihat mengelilingi kota Rafah. REUTERS/Hatem Khaled

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat dikabarkan telah menghentikan pengiriman senjata ke Israel pekan lalu, sebagai upaya untuk mencegah penyerangan ke Rafah di Gaza selatan. Menurut pejabat senior pemerintah AS, Presiden Joe Biden telah berusaha mencegah serangan besar-besaran yang dilakukan Israel terhadap Rafah. Kota ini adalah tempat ratusan ribu warga Palestina mencari perlindungan dari pertempuran di tempat lain di Gaza.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari Reuters, Rabu, 8 Mei 2024, pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa AS mulai dengan hati-hati meninjau usulan transfer senjata tertentu ke Israel yang mungkin digunakan di Rafah pada April. Israel tampaknya telah merencanakan penyerangan itu sejak April.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Sebagai hasil dari peninjauan tersebut, kami telah menghentikan satu pengiriman senjata pada minggu lalu. Terdiri dari 1.800 bom seberat 2.000 pon (900kg) dan 1.700 bom seberat 500 pon (225kg),” kata pejabat tersebut.

“Kami secara khusus fokus pada penggunaan akhir bom seberat 2.000 pon tersebut dan dampak yang mungkin ditimbulkannya di wilayah perkotaan yang padat seperti yang telah kita lihat di wilayah lain di Gaza. Kami belum membuat keputusan akhir tentang bagaimana pengiriman ini akan dilanjutkan,” kata pejabat tersebut.

Reuters melaporkan bahwa empat sumber mengatakan pengiriman tersebut, yang telah tertunda selama setidaknya dua minggu, melibatkan Joint Direct Attack Munitions (JDAMs) buatan Boeing, yang menempatkan sistem panduan presisi pada bom, serta bom diameter Kecil.

Mengutip pejabat yang tidal disebutkan namanya, Wall Street Journal melaporkan sebelumnya pada hari Selasa bahwa AS telah menunda pengiriman sekitar 6.500 JDAM.

Penundaan ini terjadi pada saat Washington menekan Israel untuk menunda rencana serangannya di Rafah sampai Israel mengambil langkah-langkah untuk mencegah jatuhnya korban sipil.

Gedung Putih dan Pentagon menolak mengomentari penundaan pengiriman tersebut.

Biden pada hari Senin mengadakan panggilan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Menurut Gedung Putih, Biden telah menolak serangan darat Israel di Rafah.

Namun pada Selasa dini hari, hanya beberapa jam setelah Hamas, kelompok yang menguasai Gaza, mengatakan telah menerima proposal gencatan senjata yang diajukan oleh mediator internasional. Pasukan Israel  menguasai penyeberangan perbatasan Rafah.

Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre menegaskan bahwa Washington tetap berkomitmen menjaga keamanan Israel. Namun ia enggan mengomentari perihal penundaan pengiriman senjata. “Ada dua hal yang mungkin benar, dalam artian melakukan pembicaraan tersebut, pembicaraan yang tegas dan langsung dengan rekan-rekan kita di Israel dalam memastikan kehidupan warga negara dilindungi dan mendapatkan komitmen itu.”

Seorang pejabat senior Israel yang tak mau disebutkan namanya, tidak mengkonfirmasi adanya penangguhan pasokan senjata dari AS itu. “Seperti yang telah dikatakan oleh perdana menteri, jika kita harus berperang dengan kuku kita, maka kami akan melakukan apa yang harus kami lakukan.”

Dewi Rina Cahyani

Dewi Rina Cahyani

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus