Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

AS Menyeru Israel Buka Akses Jurnalis Internasional ke Gaza

Deplu Amerika Serikat menyeru Israel untuk membuka akses terhadap jurnalis internasioanl agar dapat meliput langsung ke Gaza

6 Juni 2024 | 14.45 WIB

Jurnalis Palestina Sami Shehada, yang kakinya diamputasi setelah cedera saat meliput peristiwa serangan militer Israel di Nuseirat pada bulan April 2024, kembali meliput acara untuk lembaga penyiaran negara Turki TRT, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Deir Al -Balah di Jalur Gaza tengah 13 Mei 2024. REUTERS/Doaa Rouqa
Perbesar
Jurnalis Palestina Sami Shehada, yang kakinya diamputasi setelah cedera saat meliput peristiwa serangan militer Israel di Nuseirat pada bulan April 2024, kembali meliput acara untuk lembaga penyiaran negara Turki TRT, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Deir Al -Balah di Jalur Gaza tengah 13 Mei 2024. REUTERS/Doaa Rouqa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan pada Rabu bahwa jurnalis internasional harus diizinkan masuk ke Gaza dan bahwa badan tersebut mengangkat masalah ini dengan Israel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Juru bicara  Deplu AS Matt Miller mengatakan AS mengangkat masalah ini di tingkat senior untuk memperjelas bahwa jurnalis inetrnasional harus bisa beroperasi di Gaza.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Kami pikir jurnalis harus bisa meliput perang di Gaza, termasuk jurnalis dari luar Gaza. Banyak hal yang diketahui dunia tentang apa yang terjadi di Gaza, seperti yang Anda katakan, justru karena pekerjaan yang dilakukan jurnalis, terkadang dengan konsekuensi yang sangat tragis," kata Miller kepada wartawan.

“Kami mendukung upaya tersebut dan kami ingin melihatnya terus berlanjut dan menurut kami hal tersebut harus diizinkan di Gaza,” tambahnya.

Pada Februari 2024, lebih dari 50 jurnalis televisi internasional telah menandatangani surat terbuka kepada pihak berwenang Mesir dan Israel untuk menyerukan “akses bebas dan tidak terbatas ke Gaza untuk semua media asing”.

Koresponden dan presenter dari saluran penyiaran utama di Amerika Serikat dan Inggris, termasuk reporter Sky News Alex Crawford dan editor internasional BBC Jeremy Bowen, ikut serta dalam seruan tersebut untuk menuntut akses ke Jalur Gaza.

Sejak perang dimulai, hanya segelintir jurnalis asing yang diizinkan masuk ke Gaza, sebagian besar karena “tergabung” dengan tentara Israel.

Dalam editorial terpisah untuk Sky News yang memaparkan alasan agar jurnalis internasional diizinkan masuk ke Gaza, Crawford menjelaskan bahwa beberapa jurnalis yang diizinkan masuk tidak diizinkan berbicara dengan warga Palestina selama tur tersebut.

“Ini jelas mempunyai keterbatasan yang besar. Kami semua harus mempertanyakan mengapa hal ini masih terjadi hampir lima bulan setelah pemboman paling intens yang pernah terjadi dalam beberapa dekade terakhir, dan bagaimana hal ini memengaruhi pemahaman tentang apa yang terjadi di dalam,” tulis Crawford saat itu.

Para jurnalis Palestina yang meliput konflik dari Gaza selama delapan bulan terakhir justru menjadi korban di tengah pengeboman intensif Israel yang telah merenggut nyawa banyak dari mereka.

Sebanyak 49 jurnalis Palestina masih ditahan Israel, termasuk empat reporter perempuan, menurut angka yang dikeluarkan oleh Masyarakat Tahanan Palestina.

Setidaknya 147 jurnalis dan profesional media Palestina telah terbunuh oleh serangan militer Israel sejak 7 Oktober, menurut data resmi Palestina.

Organisasi Reporter Lintas Batas (RSF) telah mengajukan pengaduan ketiganya ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) pada pekan lalu mengenai kejahatan perang Israel terhadap jurnalis.

RSF kali ini meminta jaksa ICC untuk menyelidiki kejahatan terhadap setidaknya sembilan reporter Palestina antara 15 Desember dan 20 Mei, serta, secara lebih luas lebih dari 100 jurnalis yang dibunuh oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sejak 7 Oktober di Gaza.

Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.

Lebih dari 36.580 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 83.000 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Hampir delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang dalam keputusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserbu pada bulan Mei. 6.

ANADOLU | ALJAZEERA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus