Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Asal-usul Hari Hangeul Diperingati Tiap 9 Oktober di Korea Selatan

Hari Hangeul yang diperingati setiap 9 Oktober

9 Oktober 2023 | 17.04 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Hari Hangeul atau Hangeul Day dirayakan masyarakat Korea Selatan, tiap tahun pada 9 Oktober. Dikutip dari situs web Publicholidays.co.kr, Hari Hangeul yang diperingati setiap 9 Oktober peringatan usia abjad Korea yang sudah ada sejak tahun 1443. Kala terbentuknya askara Hangeul saat kepemimpinan Raja Sejong. Pada 1446, aksara Hangul mulai secara resmi diperkenalkan di masyarakat Korea.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penggunaan aksara Hangeul secara sederhana bertujuan untuk meningkatkan tingkat literatur Kerajaan Korea pada saat itu. Sebelumnya, kompleksitas sistem alfabet yang digunakan terlalu rumit sehingga sulit untuk dipelajari oleh banyak orang.

Tentang Hari Hangeul

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hari Hangeul diperingati pertama pada 1920-an saat Korea masih berada di bawah kuasa kolonial Jepang. Perayaan tersebut  bentuk protes atas kolonialisme. Setelah mendapat kemerdekaan, Hari Hangeul ditetapkan menjadi hari libur nasional tepatnya pada 1949.

Pada 1990, Hari Hangeul sempat tidak ditetapkan menjadi libur nasional pada kalender nasional Korea Selatan. Namun, kembali ditetapkan sebagai hari libur di beberapa provinsi Korea Selatan pada 2005. Seterusnya, Hari Hangeul kembali ditetapkan sebagai hari libur nasional pada 2013.

Apa itu Aksara Hangeul?

Dikutip dari Britannica, aksara Hangeul mulai dikembangkan pertama kali ketika Sejong yang Agung, raja keempat dari Dinasti Choson berkuasa. Sistem aksara Hangeul mulai secara resmi digunakan pada 1446 berdasarkan salah satu Keputusan Sejong yang ditulis dalam manuskrip berupa prasasti.

Prasasti tersebut ditemukan pada abad ke-20 dan diberi nama Hunminjeongeum atau yang kemudian diartikan Proper Sounds to Instruct the People dalam bahasa Indonesia berarti “Suara yang Pantas untuk Memerintahkan Masyarakat”. Nama tersebut diberikan langsung oleh Raja Sejong karena pengaruh Konfusianisme dan budaya Cina.

Aksara Hangeul tidak digunakan oleh akademisi atau masyarakat kelas menengah Korea hingga pada 1945. Itu sebabnya, eringatan Hari Hangeul juga simbol pembebasan masyarakat Korea terhadap penjajahan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus