Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bashar al Assad Tumbang: Suriah Pertahankan 26 Ton Cadangan Emas dan Bank Sentral Mulai Dibuka

Cadangan emas Suriah mencapai 25,8 ton pada Juni 2011, menurut World Gold Council, yang mengutip Bank Sentral Suriah sebagai sumber datanya.

19 Desember 2024 | 09.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Brankas Bank Sentral Suriah menyimpan hampir 26 ton emas, jumlah yang sama dengan yang dimilikinya pada awal perang saudara berdarah 2011, bahkan setelah jatuhnya rezim despotik Bashar al-Assad. Namun, negara tersebut hanya memiliki sedikit cadangan mata uang asing dalam bentuk tunai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip dari Reuters, cadangan emas Suriah mencapai 25,8 ton pada Juni 2011, menurut World Gold Council, yang mengutip Bank Sentral Suriah sebagai sumber datanya. Jumlah tersebut setara dengan $2,2 miliar (Rp 35,3 triliun) pada harga pasar saat ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, cadangan devisa bank sentral hanya berjumlah sekitar $200 juta (Rp 3.2 miliar) dalam bentuk tunai. Sementara sumber lain kepada Reuters mengatakan cadangan dolar AS berjumlah "ratusan juta dolar".

Meskipun tidak semua cadangan akan disimpan dalam bentuk tunai, penurunannya cukup besar dibandingkan dengan sebelum perang. Pada akhir 2011, bank sentral Suriah melaporkan cadangan devisa sebesar $14 miliar (Rp 225 triliun) menurut Dana Moneter Internasional. Pada tahun 2010, IMF memperkirakan cadangan devisa Suriah mencapai $18,5 miliar (Rp 297 triliun).

Cadangan dolar hampir habis karena rezim semakin menggunakannya untuk mendanai makanan, bahan bakar, dan upaya perang Suriah.

Perwakilan media untuk pemerintahan baru Suriah dan Bank Sentral Suriah tidak memberikan tanggapan terkait ukuran cadangan bank sentral. Suriah berhenti membagi informasi keuangan dengan IMF, Bank Dunia dan organisasi internasional lainnya segera setelah rezim Assad menghentikan protes pro-demokrasi pada 2011 dalam tindakan keras yang berujung pada perang saudara.

Pemerintah baru Suriah, yang dipimpin oleh mantan pemberontak, masih menghitung aset negara tersebut setelah Assad melarikan diri ke Rusia pada 8 Desember 2024. Menurut laporan Reuters, para penjarah sempat mengakses beberapa bagian bank sentral, membawa serta pound Suriah, tetapi tidak berhasil membobol brankas utama.

Sebagian dari apa yang dicuri kemudian dikembalikan oleh penguasa baru Suriah, kata pejabat Suriah kepada Reuters. Brankas itu antibom dan memerlukan tiga kunci, masing-masing dipegang oleh orang yang berbeda, dan kode kombinasi untuk membukanya.

Kubah itu diperiksa oleh anggota pemerintahan baru Suriah minggu lalu, kata dua sumber Reuters, beberapa hari setelah pemberontak menguasai ibu kota Suriah, Damaskus, dalam serangan kilat yang mengakhiri lebih dari 50 tahun kekuasaan keluarga Assad. 

Bank Sentral

Sementara itu, kantor pusat Bank Sentral Suriah, sebuah gedung putih luas di pusat Ibu Kota Damaskus, dibuka kembali sepenuhnya pada Minggu, 15 Desember 2024, hari pertama minggu kerja di Suriah.

Tempat itu dipenuhi oleh karyawan serta orang-orang yang ingin mengakses dolar, sementara yang lain membawa karung-karung penuh pound Suriah.

Dikutip dari Reuters, selain cadangan dolar AS yang sedikit, bank sentral Suriah saat ini dapat mengandalkan pound Suriah senilai beberapa ratus juta dolar dalam cadangannya. Diketahui, brankas bank sentral Suriah menyimpan hampir 26 ton emas, jumlah yang sama dengan yang dimilikinya pada awal perang saudara berdarah 2011, bahkan setelah jatuhnya rezim despotik Bashar al-Assad. Namun, negara tersebut hanya memiliki sedikit cadangan mata uang asing dalam bentuk tunai.

Arus masuk mata uang asing baru berkurang karena Suriah kehilangan sumber pendapatan asing utamanya, minyak mentah, ketika pejuang Kurdi dan kelompok bersenjata lainnya merebut ladang-ladang di bagian timur negara itu selama perang. Suriah juga telah menjadi sasaran sanksi Barat yang ketat dan Amerika Serikat telah memberikan sanksi kepada bank sentral itu sendiri dan memasukkan beberapa gubernurnya ke dalam daftar hitam.

Namun, laporan Reuters menyebut bahwa emas tersebut tidak pernah dicairkan untuk menjaga agunan yang cukup bagi pound Suriah yang beredar di pasar. Mata uang lokal Suriah telah terdepresiasi dari sekitar 50 pound per dolar sebelum perang menjadi sekitar 12.500 pada Senin, 16 Desember 2024.

Pilihan editor: Bashar al Assad Angkut Uang Tunai Rp 4 Triliun dari Suriah ke Rusia

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus