Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan rencana pembangunan permukiman Yahudi baru di Yerusalem Timur, beberapa hari sebelum pemilu Israel digelar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Netanyahu berjanji akan membangun 6.200 unit perumahan, hanya bertepatan 11 hari sebelum pemilihan nasional, yang dilihat secara luas sebagai upaya Netanyahu untuk memperkuat dukungan di kubu sayap kanan Israel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut laporan New York Times, 20 Februari 2020, rumah-rumah itu rencananya dibangun di dua wilayah Yerusalem Timur, yang direbut oleh Israel dari Yordania pada perang 1967 dan telah lama dituntut Palestina sebagai ibu kota negara merdeka di masa depan.
Israel secara sepihak mencaplok wilayah itu sebagai bagian dari ibu kotanya, sebuah langkah yang tidak diakui oleh masyarakat internasional tetapi disahkan oleh rencana Timur Tengah Presiden Trump.
"Kami bergabung dengan semua bagian dari Yerusalem yang bersatu," kata Netanyahu mengumumkan dalam sebuah rekaman video dengan latar belakang Har Homa, salah satu dari dua lingkungan permukiman baru yang akan dibangun.
Netanyahu mengatakan kantornya akan segera memulai proses tender untuk pembangunan 1.000 unit baru di lingkungan lain, Givat Hamatos, memulai pembangunan di daerah di mana tidak ada yang dibangun selama bertahun-tahun karena tekanan internasional.
Pentingnya persetujuan Netanyahu tidak segera jelas, mengingat bahwa otorisasi akhir untuk konstruksi di Givat Hamatos telah diberikan oleh kantornya enam tahun lalu, menurut Times of Israel.
Sebuah alat berat milik pasukan Israel menghancurkan bangunan milik warga Palestina di desa Sur Baher, Yerusalem Timur, 22 Juli 2019. REUTERS/Mussa Qawasma
Rencana pembangunan di Givat Hamatos pertama kali diajukan pada tahun 2012, mendapat kecaman luas di masyarakat internasional atas pemutusan hubungan dengan lingkungan Palestina di Beit Safafa dan Sharafat dari Tepi Barat. Para kritikus mengatakan rencana ini bisa mengancam perdamaian Solusi Dua Negara berdasarkan garis perbatasan pra-1967.
Pengumuman hari Kamis tampaknya adalah pertama kalinya Netanyahu secara terbuka mengakui telah membekukan bangunan pada rencana Givat Hamatos, menjelaskan bahwa dia telah di tekan negara-negara lain untuk tidak membangun di sana.
Berbicara kepada wartawan di depan Har Homa bersama dengan Wali Kota Yerusalem Moshe Lion dan Menteri Pariwisata Yariv Levin, Netanyahu mengatakan bahwa selain 2.200 unit yang telah ia tanda tangani untuk dibangun lingkungan di belakangnya dan 3.000 unit untuk Givat Hamatos, ia juga telah memberi lampu hijau pembangunan 1.000 rumah untuk warga Palestina di lingkungan Beit Safafa, yang telah lama menderita dari krisis perumahan.
"Koeksistensi di Yerusalem," katanya. "Yerusalem sedang dibangun dan diperluas. Kami menghubungkan semua bagian dari Yerusalem yang bersatu. Saya telah menghilangkan semua batasan, dan sekarang Yerusalem sedang dibangun di bawah otoritas saya."
Organisasi sayap kiri Peace Now mengatakan rencana itu akan mencegah negara Palestina di masa depan.
Pengumuman dari Netanyahu datang kurang dari dua minggu setelah Kementerian Perumahan Israel mulai memajukan rencana untuk membangun lingkungan Yahudi besar-besaran di daerah Yerusalem Timur, yang tampaknya diperuntukkan dalam rencana perdamaian ala Trump untuk pusat pariwisata Palestina.
Pada 9 Februari, kementerian menyerahkan rencana pembangunan sekitar 9.000 unit rumah di lokasi Bandara Atarot, yang tidak beroperasi sejak Intifada Kedua pada tahun 2000.
Rencana Trump tidak menentukan di mana tepatnya pusat pariwisata Palestina di Atarot akan berlokasi, namun bandara adalah satu-satunya area terbuka di lingkungan Yerusalem Timur di mana situs tersebut dapat dibangun.
Lingkungan baru di Atarot akan memecah bentangan panjang daerah perkotaan Palestina yang membentang dari lingkungan Yerusalem Timur Beit Hanina dan Shuafat utara ke Kfar Aqab, Qalandiya dan Ramallah di sisi lain dari barikade keamanan.
Proyek masih perlu disahkan dalam beberapa tahap perencanaan lain yang dapat memakan waktu beberapa tahun, tetapi pengajuan rencana pembangunan menandai langkah signifikan menuju konstruksi setelah beberapa tahun penundaan karena kurangnya dana.
Situs yang ditunjuk untuk konstruksi sebagian besar di tanah negara tetapi bagian dari lingkungan baru akan dibangun di tanah milik pribadi warga Palestina, memaksa Israel membongkar setidaknya 15 rumah keluarga Palestina.