Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga asal Thailand berduka atas meninggalnya Jongluk Duangmanee, satu dari dua warga negara Thailand yang menjadi korban kecelakaan Jeju Air. Keluarga asal Thailand timur laut itu ingin membawa jenazah Jongluk pulang untuk upacara keagamaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Reuters, total 175 penumpang dan empat dari enam awak tewas dalam kecelakaan Boeing 737-800 yang mendarat darurat dan tergelincir dari ujung landasan pacu di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, pada Minggu, 29 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Boonchuay Duangmanee, 77 tahun, mengatakan bahwa dia harus menerima kematian mendadak putrinya yang berusia 45 tahun.
"Saya hanya bisa menerimanya, berdamai dengan kenyataan," katanya kepada penyiar pemerintah Thai PBS, dikutip dari Reuters. "Apa pun yang saya lakukan, putri saya tidak akan kembali."
Dia mengaku merasa tidak tenang ketika tetangganya memberi tahu tentang kecelakaan Jeju Air. Sebab putrinya sering bepergian dengan maskapai itu.
Jongluk, anak ketiga termuda dalam keluarga tersebut. Dia telah bekerja di Korea Selatan selama tujuh tahun dan akan mengunjungi rumah putrinya di Udon Thani, sekitar 500 km di utara ibu kota Thailand, setiap tahun.
Boonchuay mengatakan ia ingin membawa pulang jenazah putrinya untuk upacara keagamaan yang layak sementara kerabat lainnya berkumpul di rumah keluarga tersebut.
Serangan burung dan cuaca buruk merupakan beberapa kemungkinan alasan mengapa penyidik Korea Selatan menyelidiki kecelakaan tersebut. Kecelakaan tersebut merupakan yang terburuk bagi maskapai penerbangan Korea Selatan sejak kecelakaan Korean Air tahun 1997 di Guam yang menewaskan lebih dari 200 orang.
Pilihan editor: Diplomat Senior di KBRI Nigeria Diduga Lakukan Kekerasan Seksual, Korban Alami PTSD Berat