Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak mencela pengakuan mantan Kepala Polisi Pengawal Najib, Azilah Hadri, yang menyebut pembunuhan terhadap model asal Mongolia, Altantuya Shaariibuu atas perintah Najib. Altantuya dibunuh pada 2006 dan lebih dari satu decade kasus ini masih misteri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari malaymail.com, Najib menepis klaim Azilah itu. Najib menyebut pengakuan Azilah dibuat-buat oleh orang yang putus asa ingin keluar dari tiang gantungan. Tuduhan itu disebut Najib sebagai upaya pengalihan perhatian untuk menyerangnya habis-habisan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kenapa informasi ini tidak keluar lebih awal dan kenapa baru sekarang setelah lebih dari satu dekade setelah kematiannya (Altantuya) dan setelah 19 bulan Pakatan Harapan berkuasa?,” kata Najib kepada Malaysiakini.
Ayah model Altantuya Shaariibuu, Setev Shaariibuu, (kedua dari kanan) berdiri dengan pengacaranya, Ramkarpal Singh, usai bertemu Jaksa Agung Tommy Thomas, Selasa, 19 Juni 2018. The Star
Dalam pemberitaan Malaysiakini juga disebutkan Najib sangat yakin tuduhan ini adalah sebuah kesepakatan antara pemerintahan Pakatan Harapan dengan Azilah, yang sebagai imbalannya mengulur-ulur eksekusi hukuman mati pada Azilah atau mengubah vonis mati yang dijatuhkan pada Azilah.
Najib bahkan mengaku tak pernah bertatap muka dengan Altantuya sebagaimana dinyatakan oleh Azilah. Najib berkeras tidak bersalah dan dengan tangan terbuka menyambut upaya kepolisian untuk melakukan investigasi atas serangkaian klaim Azilah ini.
Sebelumnya Azilah dalam surat pernyataan (SD) tertanggal 17 Oktober 2019, menyatakan dia diberikan perintah secara verbal untuk membunuh Altantuya pada 2006, model dan ibu dua anak asal Mongolia. Perintah diberikan Najib ketika dia masih menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Malaysia.
Azilah juga mengklaim Najib yang memintanya agar menghancurkan jasad Altantuya dan membuang barang bukti. Altantuya ketika itu diduga sebagai mata-mata asing berbahaya dan sudah menjadi ancaman pada keamanan Malaysia.