Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah wisudawan dan wisudawati di Universitas Thammasat Thailand berpose dengan gambar karton dari kritikus monarki terkenal pada Sabtu sebagai aksi protes terhadap Raja Thailand Maha Vajiralongkorn yang memimpin acara wisuda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Demonstrasi yang dipimpin oleh pemuda dan mahasiswa yang dimulai pada Juli, menuntut mundur Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha dan mendesak reformasi untuk pembatasan kekuasaan raja. Mengkritik raja dan anggota Kerajaan Thailand adalah hal yang tabu, dan dapat dihukum berat dengan undang-undang lese majeste.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Televisi Thai PBS mengutip sebuah sumber yang mengatakan hanya sekitar setengah dari 9.600 lulusan Universitas Thammasat tahun ini mengikuti upacara wisuda. Tahun lalu, menurut PBS, hanya 10 persen yang tidak hadir dalam upacara wisuda.
Istana Kerajaan Thailand tidak berkomentar sejak protes dimulai. Prayuth memperingatkan para mahasiswa pada hari Jumat untuk tidak mengganggu upacara kelulusan di Thammasat, yang telah lama dipandang sebagai pusat radikalisme mengkritik monarki.
Seorang mahasiswi berdiri di samping gambar karton Somsak Jeamteerasakul, seorang akademisi Thailand yang diasingkan, sebelum upacara wisuda, yang diboikot oleh beberapa mahasiswa karena dihadiri oleh Raja Maha Vajiralongkorn, di Universitas Thammasat di Bangkok, Thailand, 31 Oktober 2020. [REUTERS / Athit Perawongmetha]
Para mahasiswa memasang potongan karton seukuran tubuh dari sosok sejarawan bernama Somsak Jeamteerasakul dan mantan diplomat Pavin Chachavalpongpun, dua tokoh pengkritik monarki yang saat ini dalam pengasingan diri.
"Saya memilih untuk berfoto dengan Somsak karena saya menghormatinya dan saya rasa dia tidak pantas menerima apa pun yang terjadi padanya karena mengatakan kebenaran dan dengan berani mengkritik monarki secara terbuka," kata seorang mahasiswa berusia 23 tahun, yang menyebutkan namanya sebagai Marut, seperti dikutip dari Reuters, 31 Oktober 2020.
Universitas tidak menanggapi permintaan komentar atas aksi tersebut.
Berfoto saat upacara wisuda dan kelulusan adalah semacam ritual di Thailand. Banyak keluarga memajang foto-foto lulusan berbingkai emas yang menerima gelar dari raja, sebuah praktik yang dimulai abad lalu untuk memperkuat ikatan kerajaan dengan kelas menengah.
Protes tahun ini telah sangat menantang prestise Istana sejak pemberontakan 1932 yang mengakhiri monarki absolut.
Tindakan keras pemerintah selama seminggu pada pertengahan Oktober, dengan larangan protes dan penangkapan banyak pemimpin protes, menjadi bumerang ketika memicu demonstrasi yang lebih besar.
Tiga dari pemimpin protes paling terkenal ditangkap kembali semalam setelah berakhirnya batas penahanan. Foto salah satu dari mereka yang dibawa dalam keadaan pingsan dari mobil polisi memicu kemarahan pengunjuk rasa.
Advokat Thailand untuk Hak Asasi Manusia mengatakan mereka yakin Panupong "Mike Rayong" Jadnok, 24 tahun, telah dicekik oleh polisi. Juru bicara polisi Kissana Phatanacharoen mengatakan penangkapan aktivis reformasi Thailand tersebut sesuai prosedur.
Sumber:
https://uk.reuters.com/article/uk-thailand-protests/thai-students-pose-with-dissidents-in-graduation-protest-idUKKBN27G09Z