Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Para pejabat menyatakan bahwa ribuan pramuka di Korea Selatan yang mengikuti acara global akan mendapatkan tambahan pasokan truk air, ruang ber-AC, dan petugas medis menyusul insiden ratusan peserta remaja yang jatuh sakit akibat cuaca panas yang tidak biasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hingga saat ini, setidaknya 600 orang peserta Jambore Pramuka Dunia, yang dimulai di wilayah barat daya Buan pada Selasa, telah dirawat karena penyakit yang terkait dengan panas. Pada minggu ini, suhu di beberapa bagian negara mencapai 38 derajat Celcius, merupakan peringatan panas tertinggi yang terjadi dalam empat tahun terakhir menurut otoritas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pemerintah akan menggunakan semua sumber dayanya untuk memastikan bahwa jambore dapat berakhir dengan aman di tengah gelombang panas," kata Perdana Menteri Han Duck-soo dalam rapat kabinet khusus yang diminta oleh presiden untuk menyetujui pengeluaran 6 miliar won ($4,6 juta) untuk mendukung jambore .
Sekitar 39.000 peserta, sebagian besar pramuka berusia antara 14 dan 18 tahun, hadir dalam acara tersebut. Seorang reporter Reuters melihat beberapa pramuka ditandu ke ruang perawatan saat suhu mencapai 34C di Saemangeum, area tanah reklamasi di Buan tempat mereka berkemah.
Sakit dengan gejala ringan
Layanan darurat sebelumnya mengatakan sebagian besar dari mereka yang jatuh sakit karena panas memiliki gejala ringan. Dengan perkiraan gelombang panas yang akan berlangsung hingga minggu depan, beberapa aktivis dan orang tua mempertanyakan kelayakan jambore, pertemuan pramuka global pertama sejak pandemi.
Penyelenggara mengatakan mereka mengubah jadwal tergantung pada suhu, menambahkan bahwa para pramuka tetap tangguh.
"Meskipun panas dan kesulitan serta tantangan yang mereka hadapi, hanya 8% yang melaporkan bahwa mereka sangat tidak puas dengan pengalaman sejauh ini," kata Jacob Murray, direktur Acara Dunia di Pramuka, kepada wartawan.
"Kami berterima kasih kepada pemerintah Korea dan pemerintah provinsi karena menyediakan sumber daya tambahan."
Jambore tersebut diadakan beberapa minggu setelah pemerintahan Presiden Yoon Suk Yeol dikritik atas penanganan banjir yang menewaskan lebih dari 40 orang. Beberapa warga Buan mengatakan pemerintah seharusnya lebih siap menghadapi panas.
Sebelumnya pada Jumat, Yoon meminta pasokan bus ber-AC dan truk air "tanpa batas" untuk dikirim ke jambore. Sehari sebelumnya, dia memerintahkan puluhan dokter dan perawat militer untuk pergi ke perkemahan untuk memberikan perawatan darurat.
Inggris kirim pejabat konsuler
Tercatat sekitar 39.000 peserta dari 155 negara menghadiri acara tersebut hingga Jumat, menurut pejabat. Acara ini akan berlangsung hingga 12 Agustus.
Inggris, yang memiliki kontingen besar, telah mengirim pejabat konsuler ke lokasi tersebut, kata seorang juru bicara kantor luar negeri.
Kontingen AS mundur
Sementara itu, Kontingen Amerika Serikat memutuskan mundur dari Jambore Pramuka Dunia ke-25 di Korea Selatan pada Minggu 6 Agustus 2023. Keputusan ini diambil setelah gelombang panas yang memicu cuaca dan panas yang ekstrim menghantam tuan rumah. AS menjadi negara kedua yang mundur setelah Inggris Raya.
Kontingen AS akan mengikuti program jambore pada Sabtu 5 Agustus 2023, sebelum pindah ke Garnisun Humphreys Angkatan Darat AS di dekat lokasi jambore pada hari berikutnya, menurut email yang diperoleh Reuters.
"Kontingen AS untuk Jambore Pramuka Dunia telah membuat keputusan sulit, kami akan meninggalkan lokasi Jambore Pramuka Dunia ke-25 lebih awal karena cuaca ekstrem yang sedang berlangsung dan menimbulkan masalah di lokasi jambore," kata email yang dikirimkan kepada orang tua anggota kontingen AS.
Penarikan oleh Amerika Serikat datang sebagai pukulan lebih lanjut bagi penyelenggara dan pemerintah Korea Selatan, yang pada Jumat mengatakan akan mengirim lebih banyak truk air, ruang ber-AC, dan petugas medis untuk menyelamatkan acara tersebut.
Pramuka dari Inggris, kelompok terbesar di jambore, mengatakan pada Jumat bahwa mereka pindah ke hotel di Seoul selama sisa masa tinggal mereka, untuk mengurangi tekanan di lokasi.
Organisasi minta pertimbangan akhiri acara lebih awal
Organisasi Gerakan Kepanduan Dunia juga mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Jumat bahwa mereka telah meminta Asosiasi Kepanduan Korea untuk mempertimbangkan "pilihan alternatif untuk mengakhiri acara lebih awal dari yang dijadwalkan dan mendukung para peserta sampai mereka berangkat ke negara asal mereka".
Pemerintah Korea Selatan gunakan semua sumber daya untuk pastikan keamanan
Presiden Yoon Suk-yeol mengadakan rapat kabinet untuk menyetujui pengeluaran 6 miliar won atau sekitar Rp 69,7 miliar untuk mendukung jambore. Perdana Menteri Han Duck-soo mengatakan pemerintah akan "menggunakan semua sumber dayanya untuk memastikan jambore dapat berakhir dengan aman".
IDA ROSDALINA | SITA PLANASARI