Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi secara resmi membuka pertemuan para Menteri Luar Negeri anggota G20 atau Foreign Ministers' Meeting (FMM G20 Bali) di Hotel Mulia, Bali, Jumat, 8 Juli 2022. Dalam pidatonya, Retno menyoroti pentingnya multilateralisme dan tantangan krisis global.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
FMM G20 Bali dihadiri semua delegasi negara anggota, kecuali Menteri Luar Negeri Liz Truss yang sudah pulang ke London paska-Perdana Menteri Boris Johnson Mundur. Turut hadir dalam forum tersebut Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, dan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi.
"Pandemi belum berakhir, tapi kita sudah dihadapkan dengan krisis lain, perang di Ukraina. Efek riaknya dirasakan secara global pada sektor pangan, energi, dan ruang fiskal. Seperti biasa, negara-negara berkembang dan berpenghasilan rendah paling terkena dampak," kata Retno.
Retno mencatat, pertumbuhan global diproyeksikan melambat menjadi 2,9 persen pada 2022. Sementara inflasi dapat mencapai hingga 8,7 persen untuk negara-negara berkembang.
Perang di Ukraina sudah berlangsung sejak Februari 2022. Invasi Rusia ke Ukraina itu menyebabkan negara-negara Barat marah dengan memberlakukan sanksi ekonomi. Rusia dituding jadi biang kerok masalah energi, pangan, dan ekonomi setelah Ukraina diserang. Moskow sebaliknya menunjuk negara-negara Barat.
Pertemuan G20 di Bali ini, menjadi yang pertama kalinya bagi para menteri luar negeri anggota G20 serta beberapa pejabat ekonomi top dunia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov sejak Rusia menyerang Ukraina.
Negara-negara Barat di G20, menuduh Moskow melakukan kejahatan perang di Ukraina dan menjatuhkan sanksi. Akan tetapi Cina, Indonesia, India dan Afrika Selatan, tidak mengikuti langkah Barat itu.
Dalam pidatonya, Retno mengingatkan pentingnya peran multilareralisme dalam menyelesaikan krisis global. Dia juga menyerukan agar G20 tidak gagal mencari upaya perdamaian.
"Jadi, adalah tanggung jawab kita untuk mengakhiri perang secepatnya dan menyelesaikan perbedaan kita di meja perundingan, bukan di medan perang," kata Retno.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.