Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kesepakatan Brexit yang tidak pasti membuat 98 perusahaan pindah dari Inggris ke Belanda setelah Inggris bercerai dari Uni Eropa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara 325 perusahaan lain masih mempertimbangkan untuk eksodus ke Balanda, menurut Lembaga Investasi Asing (NFIA) Kementerian Luar Negeri Belanda, dikutip dari NL Times, 26 Agustus 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Belanda rupanya menjadi pilihan yang menarik di tengah ketidakpastian Brexit. Menurut NFIA, perusahaan IT, finansial, media, periklanan, dan kesehatan, telah berkomitmen pindah ke Belanda.
Komitmen ini membuat lisensi perbankan dan hak siar yang mereka butuhkan untuk tetap aktif di Uni Eropa. NFIA menyebut Bloomberg, AMBest, Discovery, dan bank Jepang Norinchukin adalah contoh beberapa perusahaan yang pindah.
"Ketidakpastian yang terus meningkat di Inggris Raya, dan semakin jelasnya kemungkinan tidak ada kesepakatan, menyebabkan keresahan ekonomi besar bagi perusahaan-perusahaan ini," kata Jeroen Nijland, komisaris NFIA, dikutip dari Reuters.
"Itulah sebabnya semakin banyak perusahaan mengorientasikan diri mereka di Belanda sebagai basis baru yang potensial di pasar Eropa," lanjut Nijland.
Perusahaan di luar Inggris juga menunjukkan minat di Belanda karena Brexit, menurut NFIA. Perusahaan-perusahaan dari Amerika Utara, Asia dan Australia ingin menetap di Belanda untuk mempertahankan akses mereka ke Uni Eropa. Belanda adalah pilihan yang menarik karena fasilitas logistik yang kuat, infrastruktur digital, dan populasi berbahasa Inggris, kata NFIA.
Perdana Menteri Boris Johnson, yang mulai menjabat bulan lalu, telah berjanji untuk membawa Inggris keluar dari Uni Eropa pada akhir Oktober dengan atau tanpa kesepakatan.
Belanda sendiri telah bersaing dengan Jerman, Prancis, Belgia dan Irlandia untuk menarik langkah-langkah terkait Brexit.