Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Hukuman buat 'Si Anak Nakal'

Tujuh negara Arab dan Teluk memutus hubungan diplomatik dengan Qatar. Belum tentu efektif buat menjauhkan Qatar dari Iran.

19 Juni 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEREKA memutuskan memberi pelajaran tak terlupakan kepada tetangganya yang selama ini menjadi "kerikil dalam sepatu". Qatar, negeri mini di Teluk Parsi yang tak pernah memikirkan perasaan tetangganya, harus disadarkan: bersahabat dengan Iran serta menjadi sahibulbait bagi tokoh-tokoh gerakan seperti Hamas dan Al-Ikhwan al-Muslimun telah "melukai" hati para tetangga.

Semua ini terpicu dari sebuah "bocoran" yang lantas disangkal pemerintah Qatar. Seorang petinggi negeri itu mengatakan: Iran kekuatan yang perlu diperhitungkan di kawasan tersebut.

Tersengat oleh pengakuan itu, dua pekan lalu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Libya, Mesir, dan Yaman memutus hubungan diplomatik dengan Qatar. Mereka menutup perbatasannya dengan Qatar; mengusir semua warga Qatar dari tanah masing-masing dan melarang pesawat-pesawat Qatar melintas, apalagi mampir, di negara-negara itu. Kini mereka berembuk merumuskan daftar panjang yang harus ditaati Qatar. Negeri kecil tapi kaya tersebut semakin tercekik setelah Mauritania dan Mauritius, dua negara kepulauan di Afrika Barat dan di Lautan Hindia, ikut bergabung dalam barisan panjang negara yang mengucilkannya.

Hingga Kamis pekan lalu, negara-negara Arab dan Teluk itu belum memutuskan "kelakuan buruk" apa saja yang harus segera ditinggalkan Qatar. Namun daftar yang beredar di lingkaran diplomatik menyebutkan sejumlah syarat: negeri berpenduduk 2,7 juta itu harus memutus hubungan dengan Iran; mengeluarkan para aktivis Hamas dan Al-Ikhwan al-Muslimun dari negerinya; membekukan semua rekening bank atas nama para anggota Hamas; menutup stasiun televisi milik pemerintah, Al Jazeera; serta membatasi pergaulannya alias tidak lagi berhubungan dengan kelompok-kelompok ekstrem.

Sudah lama Al Jazeera membuat masygul para penguasa Arab dan Teluk itu dengan liputannya tentang Musim Semi Arab pada 2011, yang menyudutkan mereka. Sementara itu, pemerintah militer Jenderal Al-Sisi di Mesir, yang naik takhta setelah menggulingkan pemerintah Al-Ikhwan al-Muslimun pimpinan Muhammad Mursi, merasa sangat keberatan terhadap keberadaan tokoh-tokoh gerakan tersebut di Qatar. Terakhir, Arab Saudi tak bisa menerima kedekatan Qatar dengan Teheran, pesaing utamanya dalam memperebutkan pengaruh di negara-negara Teluk dan dunia Islam.

Dengan embargo ini, Qatar, yang hanya memiliki perbatasan darat dengan Arab Saudi, praktis tak bisa bernapas karena 80 persen pasokan makanan buat warganya diimpor dari Saudi. Demi menutupi kebutuhan ini, Ahad dua pekan lalu Iran mengirim lima pesawat yang penuh berisi makanan. "Tiap pesawat membawa kargo 90 ton sayur-sayuran dan buah-buahan," kata Shahrokh Noushabadi, juru bicara Iran Air. "Kami akan mengirimkan lagi, sepanjang ada permintaan."

Kalau sudah begini, tak mustahil embargo yang ditujukan untuk menjauhkan Qatar dari Iran justru berakhir dengan sebuah ironi: semakin akrabnya hubungan Doha-Teheran. Konflik Qatar dengan para tetangganya memang cepat berkembang menjadi persoalan internasional yang melibatkan kekuatan regional, seperti Iran dan Turki.

Turki sendiri juga mengirimkan pasokan makanan ke Qatar. "Sebuah kesalahan besar sedang diterapkan kepada Qatar. Mengisolasi suatu negeri di mana pun sangat tak manusiawi dan melawan nilai-nilai Islam. Seakan-akan satu hukuman mati telah dijatuhkan kepada Qatar," ucap Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di hadapan para anggota Partai Keadilan dan Pembangunan yang berkuasa di Ankara. Ya, masing-masing mulai menetapkan di kubu mana mereka berpihak.

***

BERPULUH tahun, di hamparan pasir luas Gurun Nejed, Semenanjung Arab, orang-orang bebas bepergian, menikah, dan tinggal dengan lelaki atau perempuan dari negara tetangganya. Siapa pun boleh melintasi batas-batas negeri lain tanpa pengawasan ketat.

Kebebasan dan keakraban seperti ini mendadak lenyap begitu tujuh negara Arab dan Teluk memutuskan menghukum Qatar "si anak nakal", Senin dua pekan lalu. Tanpa pengecualian, semua warga Qatar yang tinggal Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi dipersilakan angkat kaki. Sementara itu, di perbatasan Arab Saudi-Qatar, tak ada lagi barisan panjang truk pemasok makanan. Di Uni Emirat Arab, penguasa berjanji mengganjar siapa saja yang berani mengungkapkan simpati kepada Qatar dengan hukuman yang pedih.

Sejak invasi Arab Saudi ke Yaman pada 2015, kerajaan yang memegang kendali kepemimpinan di antara negara Teluk dan Arab itu memang semakin sering "unjuk gigi". Apa yang membuat Arab Saudi kini menunjukkan kekuatan diplomatiknya? Dengan keberadaan 11 ribu tentara Amerika Serikat di pangkalan udara Al-Udeid, Qatar, solusi militer bukanlah jalan yang tepat buat mengatasi masalah Qatar.

Kebiasaan buruk Qatar bersahabat dengan Yusuf Qardawi, ulama pujaan Al-Ikhwan al-Muslimun, juga dengan Khalid Mishaal, tokoh Hamas di pengasingan, memang telah menambah panjang daftar kesalahan negara itu. Namun, di mata Arab Saudi, tidak ada dosa yang melebihi kedekatan Qatar dengan pemerintah Iran.

Ya, kedekatan yang dikukuhkan dengan berbagai bentuk kerja sama ekonomi.

Kerja sama Qatar dengan Iran dalam mengembangkan South Pars, ladang gas alam terbesar di dunia, menimbulkan situasi saling tergantung antara Doha dan Teheran sekaligus kekhawatiran Saudi. Qatar, dengan pendapatan per kapita US$ 129 ribu, adalah negara terkaya di dunia. Hingga kini negeri itu merupakan penyuplai 30 persen kebutuhan dunia akan gas alam--diperkirakan cadangan gas alam ini baru habis kelak 135 tahun lagi.

Idrus F. Shahab (Doha News, Al Jazeera, The Economist)


Sikap Amerika Serikat

- Berkepentingan mendamaikan kembali Qatar dan Arab Saudi.
- Pangkalan perang Amerika terbesar di Timur Tengah ada di Al-Udeid, Qatar. Menampung 11 ribu tentara.
- Pekan lalu Menteri Pertahanan Qatar dan Amerika menandatangani perjanjian penjualan 36 jet tempur F-15 kepada Qatar.
- Hanya Presiden Donald Trump yang lewat cuitannya seperti menyetujui pengucilan ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus