Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Iran telah membatasi akses pengawas nuklir PBB ke fasilitas pengayaan uranium utamanya di Natanz, dengan alasan masalah keamanan setelah apa yang dikatakannya sebagai serangan di situs tersebut oleh Israel pada bulan April, kata para diplomat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pembatasan itu, yang menurut seorang pejabat telah berlangsung selama berminggu-minggu, sedang dalam proses penyelesaian, kata para diplomat, dikutip dari Reuters, 2 Juli 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pembatasan itu juga telah meningkatkan ketegangan dengan Barat seperti halnya pembicaraan tidak langsung antara Iran dan Amerika Serikat untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran.
Iran melanggar perjanjian nuklir 2015 dengan memulai pengayaan uranium mendekati tingkat senjata. Iran juga gagal menjelaskan asal partikel uranium yang ditemukan oleh pengawas nuklir PBB di beberapa situs yang tidak diumumkan.
"Mereka memprovokasi kami," kata seorang diplomat Barat yang mengikuti Badan Energi Atom Internasional (IAEA), menambahkan bahwa inspektur harus dapat memiliki akses penuh minggu depan.
Pejabat Iran tidak segera memberikan komentar. IAEA menolak berkomentar, mengutip kebijakan umumnya untuk tidak mengomentari masalah inspeksi.
Gambar satelit pembangkit nuklir Natanz. Foto Google (sebelum) dan Iran International (setelah).[Sky News]
Selain alasan Iran di luar masalah keamanan dan keselamatan yang disebut sebagai penjelasan tidak jelas, IAEA telah berseturu dengan Iran mengenai izin akses sebelumnya. Iran pada tahun 2020 menolak akses IAEA ke dua lokasi untuk inspeksi mendadak. Pada 2019, Iran menahan inspektur IAEA dan menyita dokumen perjalanannya.
IAEA sejauh ini berhenti melaporkan masalah tersebut kepada negara-negara anggotanya dan mengadakan pertemuan darurat Dewan Gubernur yang beranggotakan 35 negara seperti yang terjadi pada November 2019, ketika Iran secara singkat menahan inspektur IAEA yang menurut para diplomat telah mencari akses ke Natanz.
Sebuah ledakan dan pemadaman listrik pada bulan April di Natanz, jantung program pengayaan uranium Iran, tampaknya telah merusak sentrifugal di Pabrik Pengayaan Bahan Bakar (FEP) skala komersial bawah tanah di sana. Laporan triwulanan terakhir IAEA tentang Iran pada bulan Mei menunjukkan output pengayaannya telah melambat.
"Karena kecelakaan/sabotase pada bulan April, akses tertentu telah dibatasi untuk alasan keselamatan dan keamanan," kata seorang diplomat yang berbasis di Wina, menambahkan bahwa langkah itu memiliki dampak kecil pada kemampuan badan tersebut untuk melakukan verifikasi.
IAEA dan Iran telah membahas masalah ini untuk menghindari pembatasan ini menjadi permanen dan karena itu mulai mengikis kemampuan verifikasi, tambahnya.
Seorang pejabat AS menolak mengomentari perselisihan tersebut, tetapi menekankan pentingnya Iran mematuhi perjanjian perlindungannya yang memungkinkan IAEA untuk memverifikasi kepatuhan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir-nya. NPT mengizinkan Iran untuk memiliki program nuklir sipil sebagai imbalan atas komitmen untuk tidak memperoleh senjata nuklir.
Amerik Serikat dan sekutu Eropanya telah menekan Iran atas pelanggaran kesepakatan 2015, yang dibuat untuk memperpanjang waktu yang dibutuhkan Iran untuk memproduksi senjata nuklir jika mau. Iran menegaskan tujuan nuklirnya sepenuhnya untuk tujuan damai.
Inspeksi dan pemantauan juga menjadi sorotan baru-baru ini ketika Iran mengurangi kerja sama dengan IAEA pada bulan Februari, menghapus dasar hukum untuk inspeksi cepat IAEA di fasilitas yang tidak diumumkan yang telah diperkenalkan dalam kesepakatan nuklir 2015, JCPOA.
Pada saat yang sama, Iran mengakhiri pemantauan IAEA terhadap beberapa kegiatan nuklir yang diperkenalkan oleh JCPOA. Kesepakatan sementara dengan IAEA membuat pemantauan tetap berjalan, tetapi IAEA hanya akan memiliki akses ke sana di kemudian hari.
Namun, perjanjian sementara itu berakhir pekan lalu, dan IAEA mengatakan Iran belum menanggapi ketika ditanya tentang status perjanjian itu, yang ingin diperpanjang oleh IAEA.
Diplomat Barat mengatakan Iran sekarang telah setuju untuk memberikan akses penuh kepada para pengawas nuklir PBB ke FEP, yang seharusnya terjadi minggu depan. Yang lain mengatakan langkah itu dikalibrasi dengan hati-hati oleh Iran untuk menciptakan gangguan tanpa menyebabkan insiden diplomatik besar.
REUTERS