Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Iran Eksekusi Mati Demonstran Mahsa Amini, Dituduh Tabrak Polisi Hingga Tewas

Iran mengeksekusi mati Mohammad Ghobadlou, 23 tahun, seorang demonstran protes Mahsa Amini atas tuduhan pembunuhan polisi

23 Januari 2024 | 15.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Iran pada Selasa 23 Januari 2024 mengeksekusi mati seorang pria yang dituduh membunuh polisi dan melukai lima lainnya setelah menabrak mereka dengan mobil. Insiden ini terjadi selama gerakan protes nasional atas kematian Mahsa Amini pada 2022, kata kantor berita pengadilan Mizan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mohammad Ghobadlou, 23 tahun, digantung pada Selasa dini hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kematian Mahsa Amini dalam tahanan polisi pada September 2022, seorang wanita muda Kurdi-Iran yang ditangkap karena diduga melanggar aturan berpakaian jilbab di Iran, memicu protes anti-pemerintah selama berbulan-bulan. Ini menjadi unjuk rasa penentangan terbesar terhadap pihak berwenang selama bertahun-tahun.

“Setelah dikuatkan oleh Mahkamah Agung, hukuman mati terhadap terdakwa Mohammad Ghobadlou telah dilaksanakan dini hari tadi,” kata Mizan.

Selain hukuman mati karena pembunuhan, Ghobadlou juga menerima hukuman mati karena “korupsi di muka bumi”.

Perintah untuk melaksanakan eksekusi Ghobadlou “sepenuhnya ilegal,” kata pengacaranya, Amir Raisian, kepada surat kabar Iran Shargh pada Senin. Ghobadlou mempunyai hak untuk mengajukan banding atas hukuman mati tersebut dan diadili lagi, kata Raisian, setelah mahkamah agung negara tersebut membatalkan hukuman mati terhadapnya.

Dipenjara selama lebih dari 480 hari, Ghobadlou diyakini berada dalam bahaya eksekusi pada Januari 2023.

Saat itu, sejumlah orang mengepung penjara Rajai Shahr, tempat dia dipenjara, menyusul laporan bahwa dia akan digantung sebelum fajar. Pengadilan Iran menolak laporan tersebut dan menyebutnya sebagai “kampanye penipuan,” namun banyak orang percaya bahwa protes tersebut membantu menunda eksekusinya.

Kelompok hak asasi manusia Amnesty International mengatakan hak Ghobadlou atas peradilan yang adil telah dilanggar. Selain itu, kondisi bipolar yang dialaminya tidak dipertimbangkan oleh sistem peradilan Iran.

“Ghobadlou menerima dua hukuman mati setelah persidangan palsu yang sangat tidak adil dan dirusak oleh ‘pengakuan’ yang tercemar penyiksaan dan kegagalan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan mental yang ketat meskipun ia memiliki disabilitas mental,” kata Amnesty.

Mizan dari Iran mengatakan klaim disabilitas mental adalah salah karena terdakwa diduga menolak klaim tersebut selama persidangan.

Eksekusi Ghobadlou menandai babak terbaru dalam tindakan keras Teheran terhadap protes yang melanda negara itu selama berbulan-bulan. Kelompok hak asasi manusia mengatakan lebih dari 500 orang tewas dalam tindakan keras pemerintah terhadap protes setelah kematian Amini—yang ditahan karena diduga melanggar aturan berpakaian ketat bagi perempuan di Iran.

Sejak itu, setidaknya tujuh pria, sebagian besar berusia 20-an, telah digantung karena dugaan peran mereka dalam kerusuhan tersebut, sementara ribuan lainnya dipenjara, menurut Amnesty International.

REUTERS | TIME

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus