Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Intelijen Israel Yisrael Katz mengundang Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman untuk berkunjung ke negaranya dan memediasi perundingan damai antara Israel dan Palestina. Undangan yang jika disetujui, akan menjadi perjalanan bersejarah yang melibatkan dua negara tanpa hubungan diplomatik resmi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal tersebut terungkap melalui wawancara Katz dengan media Arab Saudi, Elaph, surat kabar independen yang dikelola seorang pengusaha Saudi.
Baca: Arab Saudi: Harus Diakui, Yerusalem Timur Ibu Kota Palestina
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Amerika sedang membentuk rencana perdamaian, tapi mereka tidak memberi tahu kami apa isinya," kata juru bicara Katz, Arye Shalicar.
Menurut Shalicar, Katz menjelaskan Amerika Serikat akan menghasilkan sesuatu yang kreatif, namun tidak akan memaksakan kesepakatan apapun. Untuk itu ia berpikir ini adalah kesempatan bagi Arab Saudi untuk berinisiatif.
"Saya merekomendasikan bahwa Arab Saudi, sebagai pemimpin dunia Arab, berinisiatif melakukannya dan datang ke Palestina dan menawarkan dukungannya," ujar Katz.
Baca: OKI Sebut Yerusalem Timur Ibukota Palestina, Ini Reaksi Israel
Katz juga meminta agar pemimpin Arab Saudi, Raja Salman, mengundang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke Riyadh.
Jika Raja Salman mengundang Netanyahu ke negaranya, seperti yang disarankan Katz, ini akan menjadi kunjungan pertama perdana menteri Israel ke kerajaan tersebut dalam sejarah 70 tahun Israel.
Arab Saudi dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik formal, dan Riyadh mendukung Palestina dan mencoba untuk mensponsori persatuan Palestina. Hubungan keduanya mulai menghangat setelah terjadinya gelombang Arab Spring, ketika Israel dan Arab Saudi menemukan musuh bersama yakni Iran.
Baca: Presiden Palestina Minta Dunia Tak Akui Israel
Namun hubungan Israel dengan negara-negara Muslim lainnya baru-baru ini mendapat pukulan setelah pengumuman Presiden Donald Trump bahwa dia mengakui Yerusalem sebagai ibukota negara zionis itu. Pengakuan Trump telah mendapat kritikan tajam dari Arab Saudi.
Raja Arab Saudi, Salman mengatakan pada Rabu bahwa Palestina memiliki hak untuk Yerusalem timur yang dianeksasi oleh Israel.