Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kamboja memerintahkan sekolah-sekolah di seluruh negeri untuk berhenti menggunakan bekas persenjataan perang untuk dijadikan sebagai lonceng sekolah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengumuman pada Rabu, 13 Juni 2018, diberikan untuk mencegah terjadinya kemungkinan ledakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Semua sekolah harus berhenti menggunakan persenjataan yang tidak meledak untuk diimprovisasi sebagai lonceng," demikian pernyataan otoritas pendidikan Kamboja, seperti dilansir The Star pada Kamis, 14 Juni 2018.
Baca: Polisi Kamboja Tangkap Guru SD Karena Hina Raja
Hampir tiga dekade perang sipil dan pemboman Amerika Serikat yang dimulai pada 1960-an menjadikan Kamboja sebagai salah satu negara yang paling banyak dibom di dunia. Pasca perang, banyak di antaranya yang tersisa kemudian dimanfaatkan untuk berbagai keperluan oleh warga sipil.
Mengubah bom atau cangkangnya menjadi lonceng adalah praktik yang tersebar luas segera setelah jatuhnya Khmer Merah pada 1979. Menyusul sistem pendidikan Kamboja dihancurkan dan para guru menggunakan materi apa pun yang tersedia.
Cangkang bom biasanya dinonaktifkan pada saat mulai digunakan.
Baca: Kamboja Kerahkan 1.570 Polisi untuk Awasi Ujian SMA
Tidak ada laporan yang diketahui tentang lonceng yang meledak, tetapi banyak anak-anak yang tewas dalam ledakan di halaman sekolah setelah bermain dengan jenis-jenis senjata lainnya seperti granat dan ranjau darat.
Pada Januari tahun lalu ribuan warga Kamboja dievakuasi setelah dua bom air mata Amerika Serikat dari era perang Vietnam ditemukan di dekat sebuah sekolah dasar di provinsi Svay Vieng.
Sekitar 20.000 orang tewas dan ratusan ribu lainnya terluka sejak tahun 1979 oleh bom sisa perang, meskipun jumlahnya menurun secara signifikan atas bantuan sejumlah organisasi penghapus ranjau yang beroperasi di Kamboja.