Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) London mengimbau WNI agar meningkatkan kewaspadaan setelah terjadi unjuk rasa yang berujung pada kerusuhan di kota Sunderland. Demonstrasi itu berlangsung seharian setelah peristiwa pembunuhan tiga anak perempuan di Southport pada 1 Agustus lalu.
KBRI London mengeluarkan imbauannya di media sosial pada Minggu, 4 Agustus 2024, ditujukan kepada seluruh WNI yang berada di Inggris Raya dan Irlandia. “Mempertimbangkan urgensi serta meningkatkan kewaspadaan khususnya jika harus bepergian atau beraktivitas di luar rumah,” demikian peringatan KBRI London.
WNI di London juga diminta mengikuti petunjuk dan arahan otoritas setempat, serta terus memantau komunikasi di media sosial KBRI London dan komunitas WNI setempat. Mereka dianjurkan menghindari kerumunan massa dan tempat-tempat yang berpotensi sebagai lokasi berkumpulnya massa atau kelompok demonstran.
Massa pengunjuk rasa di Sunderland menyerang polisi dan membakar kota di timur laut Inggris itu pada Jumat, 2 Agustus, sementara kekerasan menyebar ke kota utara lainnya menyusul pembunuhan tiga anak perempuan di Southport.
Para demonstran anti-imigran melemparkan batu ke arah polisi di dekat sebuah masjid di kota itu sebelum menjungkirbalikkan kendaraan, membakar sebuah mobil, dan membakar kantor polisi, menurut laporan BBC.
Demonstrasi di Sunderland hanya satu dari belasan lebih demonstrasi yang direncanakan oleh pengunjuk rasa anti-imigrasi di seluruh Inggris akhir pekan ini, termasuk di dua masjid di Liverpool, kota terdekat tempat tiga anak itu dibunuh. Warga Inggris lainnya telah merencanakan beberapa protes balasan anti-rasisme.
Seorang anak laki-laki,17 tahun, didakwa atas pembunuhan tiga anak perempuan dalam serangan pisau di sebuah lokakarya tari bertema Taylor Swift di Southport. Muncul informasi palsu di media sosial tersangka penikaman adalah seorang migran Islam radikal, dan hal tersebut berujung pada insiden kekerasan di hari-hari berikutnya di Southport, kota Hartlepool di timur laut, dan London.
Dalam upaya untuk membantah informasi yang salah, polisi telah menekankan tersangka, yang bernama Axel Rudakubana, lahir di Cardiff, Inggris. Rudakubana awalnya tidak disebutkan namanya untuk menuruti aturan mengenai terdakwa anak-anak, namun hakim kemudian memutuskan media dapat menyebutkan namanya sebagai Axel Rudakubana. Dia akan berusia 18 tahun pekan depan.
Klaim bahwa tersangka merupakan pencari suaka atau imigran telah dilihat setidaknya 15,7 juta kali di X, Facebook, Instagram, dan platform lainnya, menurut analisis Reuters.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan kerusuhan menyusul informasi yang salah itu bukanlah protes yang sah, melainkan kerusuhan kriminal yang “jelas didorong oleh kebencian sayap kanan”. Ia juga menyampaikan kritik kepada perusahaan-perusahaan media sosial.
"Saya juga ingin mengatakan kepada perusahaan media sosial besar, dan mereka yang menjalankannya, kerusuhan dengan kekerasan yang jelas-jelas terjadi secara daring: itu juga kejahatan. Itu terjadi di tempat Anda, dan hukum harus ditegakkan di mana-mana,” katanya dalam konferensi pers.
Sejumlah pejabat mengatakan Kepolisian Inggris mengerahkan pasukan pada Jumat, 2 Agustus di seluruh negeri dan masjid-masjid juga memperketat keamanan. Datam keadaan darurat, KBRI London mengatakan WNI dapat menghubungi nomor 112 atau 999, atau hotline kekonsuleran KBRI London di nomor +447795105477 dan +447425648007.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
REUTERS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan editor: Kementerian Kehakiman Amerika Serikat Gugat TikTok