Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Dalam laporan PBB berjudul Hunger Hotspot terbaru yang dikutip dari situs resmi FAO, perang Rusia Ukraina bisa mendorong jumlah orang yang rawan pangan akut dibekap krisis pangan sebanyak 47 juta di berbagai negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara menurut simulasi dari Organisasi Pangan Dunia (FAO), peningkatan masyarakat yang kekurangan gizi akan meningkat antara 7,6 dan 13,1 juta orang pada tahun 2022 sampai 2023 akibat konflik itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ukraina dan Rusia dikenal sebagai produsen utama gandum. Menurut International Food Policy Research Institute (IFPRI), sebanyak sepertiga gandum yang diperdagangkan di pasar global, dan sekitar seperempat gandum dunia.
Selain itu, perang di Ukraina tersebut berpotensi membahayakan pasokan biji-bijian dan minyak nabati. Misalnya minyak bunga matahari dan jagung untuk pakan ternak di berbagai negara di dunia. Beberapa negara sudah merasakan dampaknya. Berikut daftarnya:
Nigeria
Masih dalam laporan Hunger Hotspot, peningkatan krisis pangan akut terbesar akan berdampak pada negara Afrika sub-Sahara. Salah satu negara tersebut adalah Nigeria.
Nigeria hidup di bawah garis kemiskinan, malnutrisi, dan kerawanan pangan. Termasuk dengan hadirnya konflik Ukraina menambah faktor kelaparan di Nigeria.
Pada tahun ini, banyaknya orang Nigeria yang dikategorikan dalam keadaan darurat diperhitungkan sebanyak 1,2 juta orang, berdasarkan dalam sistem klasifikasi kerawanan pangan internasional. Hal tersebut diproyeksikan terjadi sekitar bulan Juni hingga Agustus.
Yaman
Yaman terletak di Asia Barat, Timur Tengah. Perang Ukraina dan Rusia memiliki dampak kenaikan harga makanan dan krisis kelaparan yang meluas.
Namun saat ini, Program Pangan Dunia (WFP) telah menyediakan makanan untuk 13 juta orang di Yaman. Sebelumnya, Yaman memang telah mengalami kesulitan pangan sebelum adanya invasi Rusia ke Ukraina.
Mesir
Mesir begitu terpengaruh dengan aktivitas di Laut Hitam yang menjadi tempat konflik Rusia dan Ukraina. Terutama menjadi terganggunya pasokan komoditas yang masuk dari kedua negara tersebut.
Mesir merupakan importir gandum terbesar di dunia. Sebelum adanya invasi, Rusia dan Ukraina bersama-sama memasok lebih dari 80 persen impor gandum ke Mesir.
Gandum tersebut biasa dipakai sebagai bahan baku sehari-hari. Misalnya pada makanan bernama “baladi”. Makanan sejenis roti pipih ini merupakan tulang punggung makanan Mesir, dan pemerintah mensubsidi roti untuk lebih dari 70 juta dari sekitar 102 juta orang Mesir. Bila krisis pangan benar-benar datang, jutaan warga Mesir bakal terdampak langsung.
FATHUR RACHMAN
Baca juga : AS Bangun Silo untuk Ekspor Gandum Ukraina, Hindari Ranjau Laut Hitam