Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Masoud Pezeshkian anggota parlemen kawakan Iran dan mantan menteri kesehatan yang sukses memukau pada Pemilu Iran 2024. Dia berhasil mengalahkan lawan-lawannya dalam pemilihan presiden Iran pada Jumat, 28 Juni 2024 dengan memperoleh suara terbanyak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasil akhir yang diumumkan Kementerian Dalam Negeri Iran pada Sabtu pagi, dikutip kantor berita Anadolu, kurang dari 12 jam setelah jalur pemungutan suara ditutup, kandidat reformis tersebut memperoleh 10,4 juta suara dari total 24,5 juta suara yang dihitung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saeed Jalili, mantan pemimpin perundingan nuklir, berada di urutan kedua dengan 9,4 juta suara dan akan menghadapi Pezeskian dalam pemilihan presiden Iran putaran kedua pada Jumat, 5 Juli 2024.
Profil Masoud Pezeshkian
Dikutip dari National Council of Resistance of Iran, Masoud Pezeshkian, lahir pada September 1954 di Mahabad, Azerbaijan Barat. Dia tokoh konvensional dalam politik Iran, yang dikenal karena kariernya yang luas dan mencakup berbagai posisi penting. Peran tertingginya adalah menjabat sebagai Menteri Kesehatan, Pengobatan, dan Pendidikan Kedokteran pada masa pemerintahan Mohammad Khatami.
Ia pernah menjadi wakil di DPR untuk periode ke-8, ke-9, ke-10, ke-11, dan ke-12, serta menjadi anggota presidium pada 2016 hingga 2020. Dia juga mengepalai Universitas Ilmu Kedokteran Tabriz, salah satu institusi medis terkemuka di Iran utara.
Dua pencalonannya yang gagal sebelumnya untuk kursi kepresidenan terjadi masing-masing pada 2013 dan 2021. Pada 2013, ia mengundurkan diri dari pencalonan pada tahap selanjutnya dan mendukung mantan Presiden Hashemi Rafsanjani, dan pada 2021, pencalonannya ditolak oleh Guardian Council, badan pemeriksaan tertinggi negara tersebut.
Kandidat reformis di Pemilu Iran 2024
Sebagai satu-satunya kandidat reformis dalam pemilihan kali ini, yang didukung oleh koalisi reformis terkemuka di negara itu, Pezeshkian terlibat dalam kampanye yang gencar dalam beberapa pekan terakhir.
Kandidat presisen Iran Masoud Pezeshkian. REUTERS
Kampanyenya didukung oleh kehadiran banyak mantan politisi dan menteri reformis, termasuk Javad Zarif, yang menjabat sebagai menteri luar negeri Iran selama dua periode di bawah mantan Presiden Hassan Rouhani.
Jajak pendapat pra-pemilu menunjukkan dukungan signifikan untuk Pezeshkian, terutama setelah lima debat presiden yang disiarkan televisi di mana ia vokal tentang isu kebijakan dalam dan luar negeri.
Pezeshkian telah memberikan indikasi bahwa ia lebih terbuka terhadap hubungan diplomatik dengan dunia, termasuk Barat, dan bermaksud untuk memulai reformasi di bidang ekonomi dan budaya.
Dalam debat presiden Iran, ia menegaskan bahwa sanksi bertindak sebagai penghalang dalam menarik mitra dagang dan bahwa mencapai tingkat pertumbuhan 8 persen tidak mungkin dilakukan tanpa membuka perbatasan.
Dia juga dengan gigih membela perjanjian nuklir tahun 2015 yang dicapai antara Iran dan negara-negara besar pada masa pemerintahan Rouhani.
Pezeshkian juga vokal mengenai isu-isu yang berpusat pada perempuan, termasuk kewajiban mengenakan jilbab, dan menyatakan penentangannya terhadap rancangan undang-undang parlemen tentang penerapan aturan berpakaian Islam yang diperkenalkan setelah meninggalnya Mahsa Amini pada akhir tahun 2022.