Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bamako – Sejumlah mediator dari negara Afrika Barat dan pemimpin kudeta Mali bertemu pada Sabtu, 22 Agustus 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para mediator mencoba mengembalikan kekuasaan pemerintahan dari tangan kelompok tentara kudeta ke pemerintahan sipil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Namun, pertemuan ini berakhir dalam 20 menit,” begitu dilansir Reuters pada Sabtu, 22 Agustus 2020.
Tindakan kudeta pemerintahan Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita, mendapat kecaman dunia internasional.
Keita menyatakan mundur beberapa jam setelah ditahan sekelompok tentara angkatan darat Mali di sebuah markas, yang terletak sekitar 15 kilometer dari Ibu Kota Bamako. Dia ditahan bersama PM Boubou Cisse serta sejumlah pejabat tinggi lainnya.
“Saya percaya pada akhirnya kami akan muncul dengan hasil yang terbaik bagi rakyat dan bagi ECOWAS serta komunitas internasional,” kata Goodluck Jonathan, bekas Presiden Nigeria, yang memimpin delegasi ini, kepada media seperti dilansir Reuters pada Sabtu, 22 Agustus 2020.
ECOWAS adalah singkatan dari Economic Community of West African States. Delegasi utusan tiba di Bamako untuk berdialog dengan kelompok tentara kudeta.
“Mereka bertujuan untuk membalik upaya kudeta yang menjatuhkan Keita,” begitu dilansir Reuters.
Negara anggota ECOWAS mengambil sikap keras terhadap tindakan kudeta Mali itu. Mereka menutup perbatasan dan menghentikan aliran uang ke Mali. Pengamat mengatakan tindakan ini sebagai peringatan kepada lawan politik di dalam negeri sekaligus berupaya membangun stabilitas politik di Mali.