Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Unifikasi Korea Selatan mengatakan rumor kesehatan dan kematian pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menunjukkan betapa besar dampak berita palsu mengguncang pasar saham dan keuangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laporan spekulatif tentang kesehatan Kim Jong Un menyebar setelah dia tidak muncul di hari peringatan utama negara bulan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NK Daily dan CNN mengutip sumber dan pejabat anonim, melaporkan Kim Jong Un berada dalam kondisi kritis pascaoperasi kardiovaskular, sementara beberapa media lainnya mengatakan Kim Jong Un diyakini dalam keadaan koma atau bahkan sudah meninggal.
Ketidakhadiran Kim Jong Un pada acara penting 15 April yang menandai kelahiran kakeknya sekaligus pendiri Korea Utara, Kim Il Sung, menimbulkan spekulasi di media Barat.
Para pejabat Korea Selatan, termasuk menteri unifikasi, berulang kali menolak desas-desus semacam itu dan menyebutnya berita palsu, tetapi spekulasi bertahan hingga Kim Jong Un muncul di depan umum pekan lalu, tersenyum lebar dan tidak menunjukkan tanda-tanda sakit.
National Intelligence Service (NIS) bahkan mengatakan mengatakan kepada anggota parlemen dalam rapat tertutup bahwa tidak ada tanda-tanda Kim Jong Un telah menjalani operasi jantung.
"Kami telah menyaksikan efek berita palsu terhadap pasar saham dan keuangan," kata Menteri Unifikasi Korea Selatan Kim Yeon-chul pada Kamis, dikutip dari Yonhap, 8 Mei 2020.
"Ketika menganalisis intelijen, kita tidak bisa tidak mempertimbangkan efeknya terhadap situasi politik dan bagaimana itu benar-benar dapat mempengaruhi perekonomian. Yang lebih penting adalah mengambil tanggung jawab dalam menangani intelijen," katanya.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menghadiri peresmian pabrik pupuk, bersama dengan adik perempuannya, Kim Yo Jong, di sebuah wilayah di utara ibukota, Pyongyang, dalam gambar yang dirilis oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) Korea Utara pada 2 Mei 2020. Kim Jong Un akhirnya muncul di depan publik, menyusul spekulasi kuat bahwa dirinya sakit keras atau bahkan meninggal. KCNA/via REUTERS
Rumor kondisi kesehatan dan berita kematian Kim Jong Un, telah melemahkan nilai won Korea Selatan terhadap Dolar AS, menurut laporan Bloomberg pada 21 April.
Rumor kematian Kim Jong Un membuat investor tidak menunggu untuk bereaksi: aset Korea Selatan merosot dan langkah risk-off di pasar global langsung bergerak cepat.
CNBC melaporkan won Korea Selatan turun 0,74% diperdagangkan pada 1.229,59 per dolar pada 20 April. Sebelumnya, won telah jatuh ke level rendah 1,241.15 terhadap dolar AS.
Menteri unifikasi juga menekankan bahwa kapasitas untuk menganalisis intelijen dari konteks lebih penting daripada intelijen itu sendiri.
"Menemukan perbedaan dengan masa lalu dan memutuskan bagaimana menafsirkan intelijen tergantung pada konteksnya tidak terkait dengan aspek teknis, tetapi terkait dengan kemampuan terintegrasi untuk mengkategorikan, mengevaluasi, dan menilai informasi secara keseluruhan."
Kim Yeon-chul kembali menekankan bahwa pemerintah Korea Selatan memiliki kapasitas intelijen dalam mengumpulkan informasi tentang Korea Utara, seperti satelit, sinyal intelijen (SIGINT), dan kecerdasan manusia (HUMINT).
Kemunculan kembali Kim Jong Un menggarisbawahi kesulitan intelijen mencari informasi di Korea Utara, terutama yang berkaitan dengan kepemimpinannya, dan betapa mudahnya bagi dunia luar untuk berspekulasi tanpa verifikasi.