Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mesir Bantah Trump Telepon Sisi soal Relokasi Warga Palestina dari Gaza

Mesir membantah laporan bahwa Sisi berbicara melalui telepon dengan Donald Trump membahas relokasi warga Palestina dari Gaza

29 Januari 2025 | 15.34 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Presiden Mesir Abdel Fattah el Sisi berbicara ketika bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di sela-sela Sidang Umum PBB tahunan di New York City, New York, AS, 23 September 2019. [REUTERS / Jonathan Ernst]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mesir pada Selasa membantah laporan bahwa Presiden Abdel Fattah el-Sisi berbicara melalui telepon dengan Donald Trump pada akhir pekan. Seperti dilansir Al Arabiya, laporan ini terjadi setelah presiden Amerika Serikat yang baru dilantik itu mendesak relokasi warga Palestina dari Gaza ke Mesir dan Yordania.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Seorang sumber resmi senior membantah apa yang dilaporkan beberapa media tentang panggilan telepon antara presiden Mesir dan Amerika," kata layanan informasi negara Mesir, menambahkan bahwa kontak semacam itu akan diumumkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Trump pada Sabtu menggembar-gemborkan rencana untuk "membersihkan" Jalur Gaza, dengan mengatakan dia akan memaksa Mesi dan Yordania menerima ratusan ribu warga Palestina dari Gaza.

Trump mengatakan berbicara dengan Sisi pada Ahad, tetapi tidak ada panggilan telepon yang diumumkan oleh kantor kedua pemimpin.

Pada Senin, Trump dilaporkan mengklaim keduanya telah berbicara, "Saya berharap dia akan mengambil beberapa (warga Palestina)."

Kementerian Luar Negeri Mesir pada Ahad merilis sebuah pernyataan yang menolak "setiap pelanggaran terhadap hak-hak Palestina yang tidak dapat dicabut atas tanah mereka," baik "sementara atau jangka panjang."

Mesir adalah sekutu utama AS di kawasan itu, dan merupakan satu-satunya negara selain Israel yang menerima pengecualian dari pembekuan bantuan luar negeri Trump minggu ini.

Gagasan yang diajukan Trump menghadapi kecaman baru pada Selasa, ketika ratusan ribu warga Gaza yang mengungsi akibat genosida Israel di Gaza kembali ke lingkungan mereka yang hancur.

Kesepakatan gencatan senjata Hamas-Israel dan pembebasan sandera yang rapuh mulai berlaku awal bulan ini, yang dimaksudkan untuk mengakhiri lebih dari 15 bulan perang yang dimulai dengan serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel.

Gencatan senjata bergantung pada pembebasan selama fase pertama dari 33 sandera Israel yang ditahan di Gaza dengan imbalan sekitar 1.900 warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.

Sejak gencatan senjata dimulai pada 19 Januari, tujuh wanita Israel telah dibebaskan, demikian pula sekitar 290 warga Palestina yang ditahan di penjara Israel, termasuk anak-anak dan perempuan yang ditahan tanpa dakwaan dan batas waktu.

Serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel mengakibatkan kematian 1.139 orang berdasarkan angka resmi Israel.

Selama serangan itu, Hamas menangkap 251 sandera ke Gaza. Sebanyak 87 orang tetap berada di wilayah itu, termasuk puluhan orang yang menurut Israel tewas akibat serangan udara membabi buta Israel.

Serangan balasan Israel telah menewaskan sedikitnya 47.317 warga Palestina di Gaza, mayoritas perempuan dan anak-anak, menurut angka dari kementerian kesehatan wilayah yang dikelola Hamas yang dianggap dapat diandalkan PBB.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus