Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Militer Israel Ambil Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir

Militer Israel mengambil kendali atas perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir

7 Mei 2024 | 17.30 WIB

Kendaraan militer Israel beroperasi di Penyeberangan Rafah sisi Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Jalur Gaza selatan, dalam tangkapan layar yang diambil dari video selebaran yang dirilis pada 7 Mei 2024. Israel Defense Forces/Handout via REUTERS
Perbesar
Kendaraan militer Israel beroperasi di Penyeberangan Rafah sisi Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Jalur Gaza selatan, dalam tangkapan layar yang diambil dari video selebaran yang dirilis pada 7 Mei 2024. Israel Defense Forces/Handout via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Militer Israel mengambil kendali atas perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir pada Selasa 7 Mei 2024. Mereka semakin merangsek ke kota di Gaza selatan itu setelah serangan udara semalaman dan ketika prospek kesepakatan gencatan senjata berada dalam ketidakpastian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Kelompok pejuang Palestina Hamas mengatakan pada Senin malam bahwa mereka telah menyetujui proposal gencatan senjata dari mediator. Ini setelah tujuh bulan serangan Israel yang mendorong lebih dari satu juta warga Gaza mengungsi ke Rafah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Israel mengatakan persyaratan tersebut tidak memenuhi tuntutannya dan berkukuh melancarkan operasi militer di Rafah.

Tank dan pesawat Israel menggempur beberapa daerah dan rumah di Rafah semalam, menewaskan 20 warga Palestina dan melukai beberapa lainnya dalam serangan yang menghantam setidaknya empat rumah, kata pejabat kesehatan Palestina.

“Pendudukan Israel telah menjatuhkan hukuman mati kepada penduduk Jalur Gaza setelah penutupan perbatasan Rafah,” kata Hisham Edwan, juru bicara Otoritas Penyeberangan Perbatasan Gaza. Ia juga mengutuk kematian pasien kanker akibat runtuhnya sistem layanan kesehatan.

Israel telah mengancam akan melancarkan serangan besar-besaran di Rafah, yang dikatakannya menampung ribuan pejuang Hamas dan kemungkinan puluhan sandera. Israel menyebut kemenangan  tidak mungkin terjadi tanpa merebut Rafah.

Penyeberangan Rafah Ditutup

Militer Israel beroperasi di Penyeberangan Rafah sisi Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Jalur Gaza selatan, dalam tangkapan layar yang diambil dari video selebaran yang dirilis pada 7 Mei 2024. Israel Defense Forces/Handout via REUTERS

Seorang juru bicara otoritas perbatasan Gaza mengatakan kepada Reuters bahwa penyeberangan Rafah, jalur utama bantuan ke daerah kantong yang hancur, ditutup karena kehadiran tank-tank Israel. Radio Tentara Israel sebelumnya mengumumkan pasukannya ada di sana.

Amerika Serikat telah menekan Israel untuk tidak melancarkan kampanye militer di Rafah sampai mereka menyusun rencana kemanusiaan bagi warga Palestina yang berlindung di sana, yang menurut Washington belum mereka rencanakan.

Israel mengklaim sebagian besar warga Palestina telah diusir dari wilayah operasi militer.

Diinstruksikan melalui pesan teks berbahasa Arab, panggilan telepon dan selebaran, ratusan ribu warga Palestina di Rafah diperintahkan untuk pindah ke apa yang disebut militer Israel sebagai “zona kemanusiaan yang diperluas” sekitar 20 kilometer jauhnya.

Pengusiran ini membuat sejumlah keluarga Palestina mulai berjalan terhuyung-huyung di tengah hujan musim semi yang dingin.

Beberapa orang menumpuk anak-anak dan harta benda mereka ke dalam gerobak keledai, sementara yang lain pergi dengan mobil pick-up atau berjalan kaki melalui jalanan berlumpur.

Saat keluarga-keluarga membongkar tenda dan melipat barang-barang, Abdullah Al-Najar mengatakan ini adalah keempat kalinya dia mengungsi sejak pertempuran dimulai tujuh bulan lalu.

“Tuhan tahu kemana kami akan pergi sekarang. Kami belum memutuskannya.”

Pembicaraan Gencatan Senjata di Kairo

Pengungsi Palestina melarikan diri dari Rafah setelah militer Israel mulai mengevakuasi warga sipil dari bagian timur kota Gaza selatan, menjelang ancaman serangan, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Khan Younis di selatan Gaza Strip 6 Mei 2024. Hamas menyetujui proposal gencatan senjata di Gaza dari para mediator, namun Israel mengatakan persyaratan tersebut tidak memenuhi tuntutannya dan terus melanjutkan serangan di Rafah. REUTERS/Doaa al Baz

Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan singkat bahwa ketuanya, Ismail Haniyeh, telah memberi tahu mediator Qatar dan Mesir bahwa kelompok tersebut menerima proposal gencatan senjata mereka.

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemudian mengatakan bahwa proposal gencatan senjata tersebut tidak memenuhi tuntutan Israel. Namun, Israel akan mengirim delegasi untuk bertemu dengan para perunding guna mencoba mencapai kesepakatan.

Seorang pejabat Israel, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan proposal yang disetujui Hamas adalah versi yang lebih sederhana dari tawaran Mesir dan mencakup unsur-unsur yang tidak dapat diterima Israel.

“Ini tampaknya merupakan tipu muslihat yang dimaksudkan untuk membuat Israel terlihat seperti pihak yang menolak kesepakatan,” kata pejabat Israel tersebut.

Pejabat lain yang mendapat penjelasan mengenai perjanjian tersebut mengatakan Hamas telah menyetujui gencatan senjata bertahap dan kesepakatan pembebasan sandera yang diusulkan Israel pada 27 April dengan hanya perubahan kecil yang tidak mempengaruhi bagian utama dari proposal tersebut.

Kementerian luar negeri Qatar mengatakan delegasinya akan berangkat ke Kairo pada Selasa untuk melanjutkan negosiasi tidak langsung antara Israel dan Hamas.

Dalam sebuah pernyataan, kantor Netanyahu mengatakan kabinet perangnya menyetujui kelanjutan operasi di Rafah.

Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan di situs media sosial X bahwa Netanyahu membahayakan gencatan senjata dengan mengebom Rafah.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan Washington akan membahas tanggapan Hamas dengan sekutunya dalam beberapa jam mendatang, dan kesepakatan “benar-benar dapat dicapai.”

Gencatan senjata apa pun akan menjadi jeda pertama dalam pertempuran sejak gencatan senjata selama seminggu pada November, di mana Hamas membebaskan sekitar setengah sandera.

Sejak itu, semua upaya untuk mencapai gencatan senjata baru gagal karena penolakan Hamas untuk membebaskan lebih banyak sandera tanpa janji Israel untuk mengakhiri konflik secara permanen. Sementara Israel hanya mau jeda sementara.

Lebih dari 34.700 warga Palestina telah tewas dalam konflik tersebut, menurut pejabat kesehatan Gaza. PBB mengatakan kelaparan akan segera terjadi di wilayah kantong tersebut.

Perang dimulai ketika militan Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.139 orang dan menculik 252 orang lainnya, 133 di antaranya diyakini masih ditahan di Gaza, menurut penghitungan Israel.

REUTERS

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus