Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Nikaragua Daniel Ortega telah memerintahkan penutupan Kedutaan Besar Vatikan di Managua dan Kedutaan Besar Nikaragua untuk Vatikan di Roma, kata salah satu sumber dari Vatikan pada Minggu 12 Maret 2023
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nikaragua mengisyaratkan bahwa langkah tersebut, yang dilakukan beberapa hari setelah Paus Fransiskus membandingkan pemerintah Nikaragua dengan kediktatoran, adalah "penangguhan" hubungan diplomatik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sumber Vatikan mengatakan bahwa meskipun penutupan tidak secara otomatis berarti pemutusan total hubungan antara Managua dan Tahta Suci, itu adalah langkah serius menuju kemungkinan itu.
Pemerintahan Ortega semakin terisolasi secara internasional sejak dia mulai menindak keras perbedaan pendapat menyusul protes jalanan yang meletus pada 2018. Ortega menyebut protes itu sebagai percobaan kudeta terhadap pemerintahannya.
Uskup Rolando Alvarez, seorang kritikus vokal Ortega, dijatuhi hukuman lebih dari 26 tahun penjara di Nikaragua bulan lalu atas tuduhan pengkhianatan, merusak integritas nasional dan menyebarkan berita palsu.
Alvazez dihukum setelah dia menolak meninggalkan negara itu bersama dengan 200 tahanan politik yang dibebaskan oleh pemerintah Ortega dan dikirim ke Amerika Serikat. Alvarez menolak naik pesawat dan dicabut kewarganegaraannya.
Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan minggu lalu dengan media berita online Amerika Latin Infobae menjelang peringatan 10 tahun kepausannya pada Senin, paus menunjuk pemenjaraan Alvarez dan menyamakan apa yang terjadi di Nikaragua dengan "kediktatoran Komunis 1917 atau Hitler pada 1935".
Kedua kedutaan berjalan dengan aktivitas terbatas selama bertahun-tahun hanya dengan kuasa usaha untuk Vatikan di Managua dan hampir tidak ada orang untuk Nikaragua di Roma.
Hubungan antara Gereja Katolik Nikaragua dan pemerintah sangat tegang sejak penumpasan protes anti-pemerintah pada 2018, ketika Gereja bertindak sebagai mediator antara kedua belah pihak.
Gereja menyerukan keadilan bagi lebih dari 360 orang yang tewas selama kerusuhan.
Uskup Nikaragua Silvio Baez, juga seorang kritikus pemerintah, pergi ke pengasingan pada 2019.
Setahun yang lalu, Vatikan memprotes Nikaragua atas pengusiran efektif duta besarnya, mengatakan tindakan sepihak itu tidak dapat dibenarkan dan tidak dapat dipahami.
Uskup Agung Waldemar Sommertag, yang mengkritik kemunduran Nikaragua dari demokrasi, tiba-tiba harus meninggalkan negara itu setelah pemerintah mencabut persetujuannya atas utusan tersebut.
REUTERS
Pilihan Editor: Perdamaian Saudi-Iran, Kemunduran bagi Israel