Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa media Timur Tengah melaporkan bahwa kelompok Houthi di Yaman pada Rabu, 19 Maret mengungkapkan ada serangkaian serangan baru yang dilakukan oleh jet-jet tempur Amerika Serikat di wilayah utara dan barat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yaman. Menurut TV Al-Masirah yang dikelola Houthi, serangan Amerika menargetkan wilayah Asa'id di distrik Al-Safra, provinsi Saada, Yaman utara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari Anadolu, laporan tersebut juga menyebutkan bahwa serangan AS turut menyasar daerah Takhiya di distrik Majz, provinsi Saada. Selain itu, serangan udara juga menghantam gedung Klub Olahraga Al-Ahli di distrik Al-Mina, provinsi Al-Hudaydah, yang terletak di wilayah barat Yaman. Wilayah Bahis di distrik Midi, provinsi Hajjah, yang berada di barat laut Yaman, juga menjadi target dalam serangan tersebut.
Pada Selasa malam, kelompok Houthi meratapi kematian 10 perwira militernya yang menjadi korban serangan Amerika Serikat di Yaman. Berdasarkan laporan koresponden Anadolu, sejak Sabtu, AS telah melancarkan lebih dari 60 serangan di Yaman, yang mengakibatkan lebih dari 50 orang tewas serta melukai puluhan lainnya.
Serangan Rudal Houthi ke Israel
Dinukil dari Antara, pasukan Houthi mengklaim telah menembakkan rudal balistik menuju pangkalan militer di Israel selatan pada Selasa, 18 Maret 2025. Namun, menurut militer Israel, rudal tersebut berhasil dicegat sebelum mencapai wilayahnya. Serangan itu mengakhiri gencatan senjata dua bulan di Gaza.
Dua hari setelah itu pada Kamis, 20 Maret 2025 pagi waktu setempat, militer Israel mengklaim berhasil mencegat sebuah rudal yang ditembakkan oleh kelompok bersenjata di Yaman, menyebabkan sirene berbunyi di wilayah tengah dan selatan Israel, termasuk Tel Aviv.
Dalam pernyataan resminya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa angkatan udara mereka menghentikan rudal tersebut sebelum memasuki wilayah Israel, sementara aktivasi sirene dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Layanan ambulans nasional Israel Magen David Adom mengatakan tidak menerima laporan korban setelah dua peluncuran tersebut.
Insiden ini terjadi beberapa hari setelah Presiden AS, Donald Trump, menyatakan bahwa Iran akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap serangan yang dilakukan oleh kelompok Houthi yang didukungnya di Yaman.
Juru Bicara Houthi, Yahya Saree pada Kamis, menyatakan bahwa operasi tersebut "berhasil mencapai tujuannya," namun tidak memberikan rincian lebih lanjut. Serangan ini merupakan yang kedua sejak Amerika Serikat memulai kembali kampanye serangan udara terhadap kelompok pemberontak pada awal minggu ini.
"Angkatan bersenjata Yaman melancarkan operasi militer kualitatif yang menargetkan bandara Ben Gurion di wilayah Jaffa yang diduduki dengan rudal balistik hipersonik Palestine-2," kata Yahya.
Kelompok Houthi baru-baru ini berjanji akan meningkatkan serangan, termasuk yang menyasar Israel, sebagai respons terhadap serangan Amerika Serikat. Serangan AS, yang merupakan operasi militer terbesar di Timur Tengah sejak Donald Trump menjabat pada Januari, telah menewaskan setidaknya 50 orang.
Hamas Turut Serang Israel
Kelompok militan Palestina, Hamas, meluncurkan roket dari Gaza ke Israel sebagai respons terhadap serangan Israel di wilayah tersebut.
Menurut laporan Al Jazeera, Hamas menembakkan tiga proyektil ke Israel bagian tengah, di mana satu berhasil dicegat dan dua lainnya jatuh di area terbuka tanpa menimbulkan korban jiwa. Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, mengonfirmasi bahwa mereka telah melakukan serangan, menyatakan bahwa mereka menargetkan Tel Aviv dengan rentetan roket M90 sebagai pembalasan atas serangan Israel.
Israel menuding Hamas sebagai pihak yang bertanggung jawab atas konflik yang kembali memanas. Israel mengklaim serangan ke Gaza dilakukan karena Hamas menolak menerima syarat-syarat gencatan senjata yang telah diperbarui. Sementara itu, Hamas menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu secara sepihak membatalkan kesepakatan gencatan senjata dan menyebabkan para sandera berada dalam kondisi yang tidak diketahui.
Dewi Rina Cahyani dan Antara ikut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Spesifikasi Jet F-18 Super Hornet, Pesawat Tempur AS yang Menggempur Yaman