Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

PBB Terpaksa Evakuasi Staf dari Haiti Usai Polisi Serbu Markas Geng Bersenjata

Suasana di Haiti kian mencekam usai polisi menyerbut markas geng Barbecue. PBB dan sejumlah lembaga asing mengevakuasi stafnya.

26 November 2024 | 13.51 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengevakuasi stafnya dari ibu kota Haiti, Port-au-Prince, menyusul kekerasan yang dipicu oleh geng bersenjata. Dalam beberapa hari terakhir, terjadi bentrokan antara geng bersenjata, polisi dan warga sipil yang bersenjatakan parang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari Al Jazeera, sebuah helikopter PBB pada hari Senin mengangkut 14 orang staf untukmengungsi dari ibu kota ke kota utara Cap-Haitien. Beberapa staf akan terbang ke luar negeri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Evakuasi dilakukan setelah bandara internasional utama di Port-au-Prince ditutup karena penerbangan komersial terkena tembakan saat mendarat dan lepas landas awal bulan ini. Selain PBB, sejumlah kedutaan besar asing dan lembaga bantuan lainnnya juga mengevakuasi stafnya.

Sebuah pesawat C-130 Angkatan Udara Amerika Serikat mendarat di bandara ibu kota Port-au-Prince pada hari Minggu untuk mengangkut diplomat Amerika yang diperintahkan meninggalkan kedutaan AS, kata Komando Selatan AS. Sebagian besar kedutaan besar asing kini ditutup. Hanya beberapa staf dan segelintir pejabat senior serta pasukan keamanan yang berjaga.

Dalam sebuah pernyataan, PBB mengatakan sedang menyesuaikan operasinya di Haiti. Beberapa staf pindah ke wilayah yang lebih aman di negara tersebut dan yang lainnya meninggalkan Haiti tetapi terus bekerja dari jarak jauh.

“PBB tidak akan meninggalkan Haiti. Komitmen kami kepada rakyat Haiti tetap teguh,” kata Stephane Dujarric, juru bicara sekretaris jenderal PBB, dalam sebuah pernyataan.

"Kami untuk sementara mengurangi kehadiran di ibu kota," imbuhnya. "Program kemanusiaan penting di Port-au-Prince serta dukungan bagi warga Haiti dan pihak berwenang terus berlanjut."

Doctors Without Borders atau MSF, juga mengumumkan akhir minggu lalu bahwa mereka akan menangguhkan perawatan kritis di Port-au-Prince. Mereka menuduh polisi menargetkan staf dan pasiennya, termasuk ancaman pemerkosaan dan kematian.

“Setiap hari di mana kami tidak dapat melanjutkan aktivitas adalah sebuah tragedi, karena kami adalah salah satu dari sedikit penyedia berbagai layanan medis yang tetap beroperasi selama tahun yang sangat sulit ini,” kata Christophe Garnier, direktur misi MSF di Haiti.

Food for the Poor (FFTP), yang menjalankan program pemberian makanan di Haiti, mengatakan pihaknya tidak lagi mampu mengirimkan makanan secara teratur karena gangguan geng. Kelompok ini mencatat penutupan bandara dan blokade jalan oleh geng yang membuat akses ke pelabuhan laut utama sangat berbahaya.

Direktur FFTP Haiti Mario Nicoleau mengatakan khawatir tentang akses bahan bakar untuk truk makanan. "Masih ada antrean bahan bakar di pom bensin, tetapi tampaknya keadaan sudah membaik. Masih banyak penembakan di beberapa daerah setiap hari, dan orang-orang masih terusir dari lingkungan sekitar," ujarnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus