Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pembantaian Etnis Rohingya, Aung San Suu Kyi Tak Kehilangan Nobel

Penghargaan Nobel bidang perdamaian yang pernah diberikan kepada Aung San Suu Kyi tidak akan dicabut meski ada tuduhan pembantaian.

30 Agustus 2018 | 11.16 WIB

Aung San Suu Kyi. ndtv.com
Perbesar
Aung San Suu Kyi. ndtv.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin sipil Myanmar dan peraih Nobel bidang perdamaian 1991, Aung San Suu Kyi, tidak akan kehilangan predikatnya sebagai peraih Nobel. Hal itu dikonfirmasi oleh komite penghargaan Nobel di tengah derasnya kritik terhadap Suu Kyi setelah tim investigasi Perserikatan Bangsa-Bangsa menyimpulkan pemerintah Myanmar melakukan pembantaian terhadap etnis Rohingya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Tidak ada ketentuan untuk merampas status Nobel dari peraihnya. Kami terus menyerukan kepada semua pihak terkait di Myanmar agar mengurangi penderitaan suku Rohingya dan menghentikan pembantaian serta penindasan,” kata Olav Njolstad, Direktur Institute Nobel Norwegia, seperti dikutip dari CNN.com pada Kamis, 30 Agustus 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Daw Aung San Suu Kyi. REUTERS

Suu Kyi mendapatkan penghargaan Nobel bidang perdamaian saat dia tampil sebagai tokoh oposisi di Myanmar. Komite Nobel yang mengukuhkan Suu Kyi sebagai pemenang Nobel mengatakan Suu Kyi telah mendirikan lingkungan masyarakat yang demokratis di negara yang multietnis sehingga bisa bekerja sama secara harmonis.

Sekarang Suu Kyi dihujani kritik menyusul aksi pembantaian terhadap etnis minoritas Rohingya pada Agustus 2017, yang membuat ratusan ribu orang mengungsi ke Bangladesh. Atas kejadian ini, sejumlah pihak menyerukan penghargaan Nobel yang pernah diterima Suu Kyi dicabut.

Sebelumnya, pada Maret 2018, penghargaan Elie Wiesel Award, yang pernah diberikan kepada Suu Kyi oleh Museum Peringatan Pembantaian Manusia di Amerika Serikat, dicabut. Kedutaan Besar Myanmar di Washington mengatakan Museum telah disesatkan dan dieksploitasi oleh orang-orang yang gagal melihat situasi yang sebenarnya dan penilaian yang adil atas situasi di Negara Bagian Rakhine.    

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus