Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pria warga negara Afghanistan menabrakan mobilnya ke kerumunan orang di Munich, Jerman pada Kamis pekan lalu. Akibatnya 39 orang terluka, dan dua meninggal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Reuters, korban meninggal adalah wanita berusia 37 tahun dan putrinya yang berusia 2 tahun meninggal pada Sabtu, 15 Februari 2025 akibat luka-luka yang dialami.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jaksa mengatakan pada Jumat, 13 Februari 2025, bahwa sedikitnya 39 orang terluka, beberapa dari mereka kritis, ketika mobil menabrak aktivis serikat pekerja yang berdemonstrasi menuntut kenaikan upah. Pihak berwenang mengatakan insiden itu diduga sebagai serangan bermotif agama.
Serangan telah membawa masalah keamanan kembali menjadi fokus dalam kampanye pemilihan federal Jerman pada 23 Februari 2025. Serangan itu juga terjadi beberapa jam sebelum kedatangan para pemimpin internasional di kota Jerman selatan itu untuk menghadiri Konferensi Keamanan Munich tahunan.
Pelaku diketahui berumur 24 tahun. Dikutip dari France24, menurut jaksa, tersangka telah mengakui telah sengaja menabrakkan mobilnya ke kerumunan orang.
Insiden pada Kamis itu terjadi pada malam menjelang konferensi keamanan internasional di kota Bavaria, dan sesaat sebelum warga Jerman menuju tempat pemungutan suara untuk pemilihan umum pada 23 Februari 2025. Imigrasi menjadi isu utama menyusul serangkaian serangan yang dituduhkan kepada para migran.
"Penilaian awal terhadap bukti yang disita dari perangkat elektronik milik tersangka menunjukkan adanya orientasi Islam tertentu," kata juru bicara polisi Guido Limmer kepada wartawan.
Setelah kejadian tersebut, tersangka mengucapkan kata-kata “Allahu Akbar” kepada petugas polisi. Ia juga berdoa setelah ditangkap, menurut jaksa Gabriele Tilmann.
Pencari suaka Afghanistan itu diidentifikasi oleh media Jerman sebagai Farhad N. Ia dituduh secara sengaja mengendarai Mini Cooper ke arah demonstrasi serikat pekerja di Munich.
Farhad N. tinggal di Jerman secara legal. Ia bekerja di bidang keamanan dan juga sangat terlibat dalam kebugaran dan binaraga, kata Tilmann.
Dia sangat religius. Menurut Tilmann, ia rutin menghadiri masjid dan membuat unggahan di media sosial yang mengandung referensi keagamaan.
"Namun kami tidak memiliki bukti yang menunjukkan bahwa terdakwa terlibat dalam organisasi Islam seperti ISIS", kata Tilmann.
Penyelidikan awal juga tidak menemukan bukti bahwa ia memiliki masalah kesehatan mental yang dapat memengaruhi tindak kejahatannya. Tersangka ditahan pada hari Jumat dan telah dipindahkan ke penjara, kata jaksa.
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier dan beberapa pemimpin daerah mengunjungi lokasi kejadian pada Jumat pagi, semuanya meletakkan bunga. "Kebrutalan tindakan ini membuat kami sangat terganggu dan bingung," kata Steinmeier dalam sebuah pernyataan. Ia melanjutkan tampaknya tersangka ingin membunuh dan melukai orang tanpa pandang bulu.
Tersangka tiba di Jerman pada 2016 ketika gelombang migran massal ke Eropa sedang meningkat . Permintaan suakanya ditolak oleh otoritas Jerman tetapi ia mendapat pekerjaan dan dapat tinggal secara legal di negara tersebut, menurut para pejabat.