Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Jerman harus menunggu sampai 2022 untuk mendapat sepatu bot tempur baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengadaan sepatu bon tentara baru, yang dimulai pada tahun 2016, dijadwalkan akan selesai pada tahun 2020, tetapi diundur ke pertengahan 2022, kata Kementerian Pertahanan Jerman dikutip dari CNN, 29 Agustus 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Karena kapasitas produksi yang terbatas di industri, jadwal tidak dapat dipertahankan," kata seorang juru bicara kementerian. "Ribuan sepatu sedang diproduksi pada saat yang sama."
Kementerian telah merencanakan untuk menyediakan dua jenis sepatu tempur berat kepada tentara dan satu sepatu tempur ringan, tetapi hanya diberikan kepada sekitar seperenam dari semua prajurit yang menerima sepatu tempur ringan, dan tidak ada yang mendapat sepasang sepatu bot tempur berat.
Pasangan pertama dari sepatu tempur berat telah diberikan kepada 160.000 dari 183.000 tentara, kata kementerian menambahkan dalam menanggapi penyelidikan oleh anggota parlemen oposisi Marie-Agnes Strack-Zimmermann.
Tentara Jerman dari kelompok tempur negara-negara NATO eFP bersiap-siap saat mengikuti kompetisi menembak jitu di Rukla, Lithuania, 13 September 2017. REUTERS/Ints Kalnins
Penundaan itu sangat dikritik oleh sejumlah anggota parlemen oposisi, yang mengatakan pemerintah telah gagal untuk mempersiapkan militer anggota NATO untuk pertempuran. Ini adalah tuduhan yang sering diarahkan terhadap kementerian pertahanan dalam beberapa tahun terakhir.
"Bot adalah kunci dari segalanya," kata Strack-Zimmermann. "Anda tidak bermain ski dengan sepasang sepatu olahraga dan Anda tidak pergi hiking dengan sepatu hak tinggi."
"Semua orang di angkatan bersenjata seharusnya menerima sepatu bot baru mereka pada akhir 2020," kata Strack-Zimmermann, menyebut ketidakmampuan untuk menyediakan alas kaki tepat waktu sangat memalukan.
Pengadaan dimulai di bawah pengawasan Ursula von der Leyen, mantan menteri pertahanan Jerman yang kontroversial yang meninggalkan jabatannya awal tahun ini untuk menjadi Presiden Komisi Eropa.
Tugas lima tahun Von der Leyen sebagai menhan dilanda kontroversi, dengan banyak kritikus di Jerman berpendapat bahwa dia meninggalkan militer tidak siap untuk pertempuran.
Sebuah laporan parlemen Jerman yang diterbitkan pada bulan Januari, misalnya, mendapati bahwa terlalu sedikit tentara Jerman yang telah diberikan peralatan seperti rompi pelindung, sepatu bot, pakaian, helm modern atau alat penglihatan malam.