Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pesta demokrasi di balik tirai besi

Utk pertama kalinya kampanye pemilihan di soviet. 2 calon anggota parlemen utk moskow, boris yeltsin dan yevgeny brakov, mengadakan kampanye dan debat di televisi. para calon masih diatur dari atas.

25 Maret 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KAMUS komunisme tampaknya memang perlu segera diubah. Sebuah kegiatan yang sebelumnya mustahil ada dalam sistem negeri komunis sejak Sabtu pekan lalu berlangsung dengan ramai di Soviet. Itulah kampanye para calon anggota parlemen, yang hari pemilihannya bakal diadakan Minggu, 26 Maret nanti. Maka, orang ngomong politik terdengar di segala sudut. Di kedai-kedai kopi orang bersemangat membicarakan politik, sementara para politikus sibuk mempersiapkan poster dan pidato untuk mencuri hati rakyat. Pawai-pawai politik, yang sebelumnya hanya dilakukan oleh Partai Komunis Uni Soviet, pekan ini menjadi kegiatan biasa dan dilakukan oleh siapa saja. Menurut para koresponden media Barat di Soviet, apa pun tema perdebatan warung kopi dan slogan-slogan kampanye, satu hal selalu tersirat: semoga demokrasi yang mulai bersemi bisa tumbuh terus dengan subur. Nama Presiden Mikhail Gorbachev ikut menjulang. Suara-suara keras kubu oposisi, yang biasanya menyerang langsung pemimpin Soviet itu, tak santer terdengar. Paling banter mereka cuma menghantam kaum konservatif yang dianggap penghalang demokratisasi, serta para birokrat yang tak becus mempraktekkan glasnost dan perestroika. Sedangkan Gorbachev diperlakukan sebagai makhluk istimewa yang sedang berjuang untuk memperoleh kebebasan dan kesejahteraan bagi rakyat, dengan segala kelemahan dan kekuatannya. Pemungutan suara di dalam anggota elite PKIS tetap memilih Gorby sebagai calon utama untuk parlemen baru nanti. Dari 600 anggota, hanya 12 yang menyatakan "tidak" buat dia. Yegor Ligachev, wakil "konservatif" yang selama ini dianggap bersikap oposan terhadap Gorbachev, ditolak oleh 78 suara. Zaman kekuasaan mutlak di tangan Partai Komunis Uni Soviet tampaknya sudah berakhir. Meski insiden tetap ada. Kampanye Boris Yeltsin -- tokoh yang tahun lalu dicopot dari keanggotaan Politbiro karena menghendaki perubahan yang radikal -- di luar Kota Moskow Sabtu pekan lalu dibubarkan polisi. Pasalnya, pidato Yeltsin dianggap terlalu keras. Kepada sekitar 7.500 simpatisannya, ia menyatakan tak bersedia tunduk kepada para pimpinan partai yang menganggapnya telah melawan garis partai. Dan ternyata Yeltsin, 57 tahun, punya ribuan pembela. Minggu esoknya, 10.000 orang berbaris menuju gedung Dewan Kota Moskow membawa potret tokoh pujaan mereka sambil berseru, "Yeltsin! Yeltsin!" Lalu sambungnya, "Ligachev turun!" Untuk pertama kalinya sejak tahun 1920 ribuan massa yang protes mendekat sampai beberapa meter dari gerbang Dewan Kota. Polisi menjaga ketat pintu masuk, tapi tak mencoba membubarkan massa. Baru setelah massa nekat mendesak, polisi berbaris rapat lalu maju mengusir demonstran. Boris Yeltsin merupakan calon anggota parlemen, mewakili Moskow. Ia bersaing dengan Yevgeny Brakov, direktur pabrik mobil Zil. Sabtu malam pekan lalu kedua saingan itu berdebat selama satu setengah jam di depan kamera TV Moskow. Dalam perdebatan itu Yeltsin, yang kini diberi jabatan deputi menteri pembangunan, bersuara lantang. Ia menuduh, "Komite PKUS Moskow menggunakan semua sarana propaganda untuk mendukung salah satu dari dua calon." Maksudnya, para anggota komitelah -- yang berhak memutuskan apakah seorang anggota partai bisa masuk nominasi atau tidak -- yang berpihak kepada Barkov. Nada bicaranya memang menuduh bahwa orang-orang yang "bisa diatur" partailah yang bisa masuk nominasi. Sekali lagi Yeltsin mengulangi kritik-kritiknya tahun lalu. Yakni bahwa banyak program glasnost dan perestroika dijalankan dengan setengah hati. Bisa jadi, selain tindakan polisi di siang harinya, yang membubarkan kampanye Yeltsin, debat di televisi itulah yang mengundang ribuan orang berbaris membela tokoh yang tak sabar melihat pelaksanaan politik keterbukaan dan pembangunan ekonomi Gorbachev. Minggu itu tak cuma para buruh, tapi juga istri mereka ikut turun ke jalan. Dan tak cuma Ligachev yang diserukan agar minggir. Juga Lev Zaikov, yang menggantikan Yeltsin sebagai bos PKUS cabang Moskow, jadi bulan-bulanan. "Zaikov, keluar kamu, dan jelaskan siapa dirimu!" teriak para demonstran. Memang ada indikasi bahwa oang yang "bisa diatur"-lah yang mendapat prioritas dicalonkan. Bekas juara dunia catur Anatoly Karpov, yang selama ini tak pernah berkecimpung di percaturan politik, ternyata ikut masuk dalam nominasi. Sudah umum diketahui, Karpov adalah orang pemerintah. Ketika ia bertarung merebut gelar juara dunia melawan Kasparov, seperti diberitakan media massa, lawannya itu mendapat berbagai kesulitan dari Kremlin. Kini banyak yang bertanya apakah Karpov bisa membawakan aspirasi rakyat. Selain Yeltsin. banyak orang kondang yang masuk kotak lantaran tak mendapat restu dari para pengambil keputusan di komite partai. Termasuk Andrei Sakharov, ahli fisika yang dianggap sebagai pembangkang nomor satu. Padahal, dalam pemungutan suara di Akademi Ilmu Pengetahuan Soviet, dia mendapat suara mayoritas. Dibandingkan dengan praktek demokrasi di negara-negara Barat, pemilu yang serba mengejutkan ini memang belum sama kadar kebebasannya. Para aktivis partai tak resmi, Partai Persatuan Demokrasi, banyak melontarkan ketidakpuasan mereka. Ada tiga sumber ketidakpuasan yang masih mengganjal di hati para pengritik itu. Pertama, hanya anggota partai atau organisasi-organisasi di bawah lindungan partai yang diberi hak menjadi calon. Selebihnya cuma boleh ikut memberi suara. Kedua, seleksi yang dilakukan komite-komite parti terlalu ketat sehingga banyak wilayah pemilihan yang hanya punya satu calon. Dan masih ada calon yang diangkat, meski cuma lima orang. Kelima orang yang diangkat itu adalah Vladimir Bolbasov, pegawai Institut Elektronika Akademi Ilmu Pengetahuan Byellorusia Leonid Danilov, direktur teknologi sebuah pabrik metalurgi Vladimir Revnivtsev, anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Soviet Leonid Dedyukhin dan Boris Sushko, keduanya pekerja pabrik. Nah, kelima orang itu diberi hak istimewa karena dianggap mewakili organisasi dan lembaga paling terhormat. Sedangkan dalam soal pencalonan, kenyataannya dari 750 kursi yang dicadangkan untuk organisasi-organisasi utama partai, organisasi buruh dan sosial -- cuma muncul 880 calon. Dan dari 1.500 daerah pemilihan, 384 daerah mengajukan calon tunggal. Dan yang membuat para pendekar demokrasi berang, 85% calon adalah anggota partai. Tapi para pendekar pemilihan bebas itu pun mengakui, pemilu kali ini merupakan langkah besar menuju demokrasi. Soal bagaimana hasilnya, kita tunggu saja pemungutan dan perhitungan suara Minggu mendatang. Dari sana juga bisa dihitung, kubu mana yang berhasil menggaet kursi paling banyak dari 2.250 kursi yang diperebutkan. Dan dari itu agaknya bisa diramalkan nasib Gorbachev dengan glasnost dan perestroika-nya.Praginanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum