Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kedua mempelai dari pesta pernikahan di Irak di mana kobaran api menewaskan lebih dari 100 orang mengatakan mereka merasa “mati di dalam.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apa yang seharusnya menjadi salah satu hari paling bahagia dalam hidup mereka, berubah menjadi malam yang mengerikan bagi pengantin pria Revan dan pengantin wanita Haneen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kedua mempelai kehilangan anggota keluarga setelah kebakaran terjadi di dalam aula pernikahan di provinsi Nineveh di Irak utara.
Dalam wawancara dengan Sky News, Revan mengatakan Haneen tidak dapat berbicara setelah kehilangan sepuluh anggota keluarganya, termasuk ibu dan saudara laki-lakinya. Ayahnya masih dalam kondisi kritis.
“Memang benar kami duduk di sini di depan Anda hidup-hidup. Tapi di dalam batin, kami sudah mati. Kami mati rasa. Kami sudah mati di dalam,” katanya dalam wawancara video.
Pengantin pria sendiri kehilangan 15 anggota keluarganya dalam tragedi tersebut.
Meskipun spekulasi awal mengaitkan kebakaran tersebut dengan kembang api di dalam ruangan, Revan mengatakan bahwa kebakaran tersebut berasal dari langit-langit dan yakin bahwa penyebabnya adalah arus pendek.
“Mungkin karena korsleting, saya tidak tahu. Namun api bermula dari langit-langit. Kami merasakan panasnya… Saat saya mendengar bunyi berderak, saya melihat ke langit-langit,” katanya kepada Sky News.
“Kemudian langit-langit yang seluruhnya terbuat dari nilon mulai meleleh. Hanya butuh beberapa detik,” tambahnya.
Menurut Revan, hanya ada satu alat pemadam kebakaran di lokasi yang tidak berfungsi.
Dalam kekacauan yang terjadi setelah pesta pernikahan melihat kebakaran, Revan membantu pengantinnya melarikan diri yang tidak bisa berjalan karena gaun pengantinnya.
“Saya meraih istri saya dan mulai menyeretnya. Saya terus menyeretnya dan mencoba mengeluarkannya dari pintu dapur. Ketika orang-orang melarikan diri, orang-orang menginjak-injaknya. Kakinya terluka,” katanya.
Kehidupan pengantin baru mereka penuh dengan duka, pemakaman, dan penguburan orang-orang terkasih.
Pasangan ini telah memutuskan untuk pindah dari kampung halaman mereka setelah tragedi tersebut.
“Cukup, kami tidak bisa tinggal di sini lagi. Kami tidak bisa tinggal di sini lagi. Maksud saya, setiap kali kami mencoba untuk mendapatkan kebahagiaan, sesuatu yang tragis terjadi pada kami dan menghancurkan kebahagiaan tersebut. Jadi, sebaiknya kami pergi saja,” ujarnya.
AL ARABIYA