DI Alor Star, biasanya tenang saja. Wisma Negara, tempat Menteri
Besar Datuk Seri Syed Nahar Shahabuddin berkantor, jarang sekali
terganggu -- seolah semuanya beres dan menyenangkan.
Tapi pada suatu Rabu pagi mendadah terjadi keributan. Ternyata
ada keresahan di negara bagian Kedah, Malaysia. yang selama ini
mengendap di bawah permukaan. Kaum tani setempat kehilangan
sabar yagi itu dan berdemonstrasi kc Wisma Negara.
Semakin siang jumlah para demonstran bertambah. Polisi tampaknya
kewalahan menghadapi mereka yang terus berteriak dan
mengacungkan spanduk yang mereka bawa. Sebagian demonstran
bahkan sudah hampir histeris, berusaha memasuki ruangan kerja
menteri besar, tapi bisa dihalangi oleh polisi anti huru-hara.
Ada 13 truk yang memuat polisi, berikut 2 mobil pemadam
kebakaran, dikirim ke situ.
Menteri Besar Shahabuddin agak siang tiba di Wisma Negara. Para
demonstran segera mengerubunginya dan menyerahkan surat
pernyataan yang berisikan tuntutan mereka. Mereka menuntut agar
harga pembelian padi dinaikkan menjadi M$ 40 per satu pikul (Rp
183, 87 per kg). Selama ini pemerintah Malaysia membeli padi
mereka hanya dengan harga yang berkisar antara -- tergantung
dari kualitasnya -- Rp 119,5 dan Rp 137,90 per kg.
Belum Memuaskan
Untuk menenangkan massa, Shahabuddin langsung naik ke balkon
gedung itu dan menjanjikan bahwa dia akan berusaha menyampaikan
tuntutan para petani itu ke pemerintahan federal di Kuala
Lumpur. Namun para demonstran rupanya tak puas. Shahabuddin
kemudian mengajak 10 orang wakil para demonstran untuk
berunding. Dalam pertemuan itu dia menjelaskan lagi bahwa hal
tersebut telah disampaikannya melalui telepon kepada Perdana
Menteri Datuk Hussein Onn.
Jawaban ini pun belum memuaskan mereka. Pada jam 16.30 waktu
setempat, massa sudah tak terkendalikan lagi. Mereka melempari
Wisma Negara itu dengan batu dan benda lain yang mereka temukan.
Beberapa kaca jendela di Wisma itu pecah dan pot-pot bunganya
hancur berantakan. Bahkan tak sedikit anggota kepolisian yang
terkena lemparan batu.
Melihat keadaan semakin semrawut polisi segcra menyemprotkan gas
air mata ke arah demonstran. Mereka lari terbirit-birit. Ada
yang mencoba bersembunyi di dalam Masjid Zahir yang tak jauh
dari kompleks gedung itu. Namun polisi berhasil menangkap
sedikitnya 90 orang.
Jam malam lantas diberlakukan di wilayah kota Star. Itu hanya
berlangsung satu malam saja.
Tanpa mempersoalkan apakah tuntutan petani itu wajar atau tidak,
Menteri Besar Shahabuddin langsung menuding bahwa demonstrasi 23
Januari itu mempunyai maksud tertentu, termasuk politik. Bahkan
lebih keras lagi, Menteri Dalam Negeri Malaysia, Tan Sri Ghazali
Shafeii, pekan lalu menuduh bahwa kaum tani Kedah tadi
ditunggangi oleh unsur subversif. "Aksi demonstrasi bukanlah
praktek yang demokratis," kats Tan Sri Ghazali. "Saya tidak
akan ragu-ragu untuk mengambil tindakan tegas terhadap pelanggar
hukum itu."
Kecaman terhadap aksi petani itu tak hanya datang dari penguasa.
Wakil Ketua Asosiasi Petani Muda, Haji Zakaria bin Arifin,
mengatakan pada News Straits Times, sebagian besar dari petani
yang benar-benar bekerja di sawah tidak terlibat dalam
demonstrasi itu.
Seluruhnya 92 petani yang terlibat dalam demonstrasi itu
kemudian dinyatakan bersalah oleh pengadilan tingkat pertama di
Alor Star. Dan 26 orang di antara mereka akan diadili
pertengahan Februari ini karena dituduh memiliki senjata
berbahaya. Sementara itu Tan Sri Ghazali menghimbau pers agar
tidak membesar-besarkan peristiwa demonstrasi itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini