Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sanija Ameti, seorang politikus anggota Partai Kebebasan Hijau Swiss (GLP) meminta maaf karena menggunakan sebuah gambar simbol agama Kristen sebagai target praktik olahraga menembak. Tindakan Ameti sepanjang akhir pekan itu langsung memancing kemarahan warga Swiss.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kejadian ini persisnya terungkap saat Ameti mengunggah ke media sosial foto dia sedang olahraga menembak, di mana dia memegang sebuah pistol dan foto lainnya memperlihatkan gambar Bunda Maria dan Yesus dengan wajah yang penuh lubang bekas tembakan. Media di Swiss mewartakan gambar yang digunakan Ameti itu adalah lukisan yang direproduksi oleh seniman Italia bernama Tommaso del Mazza dan diambil dari sebuah katalog ilustrasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah dihujat massal di dunia maya, Ameti menghapus unggahannya dan meminta maaf. Dia menjelaskan gambar itu benar diperoleh dari sebuah katalog karena ukurannya pas dan gambarnya cukup jelas untuk menjadi sasaran dalam target olahraga menembak.
“Saya tidak terlalu memperhatikan gambar tersebut. Itu adalah perbuatan yang tidak benar. Saya minta maaf dengan tulus dari lubuk hati jika ada orang yang merasa tersakit dengan hal ini,” kata Ameti.
Sebelumnya pada Maret 2021, warga Swiss dibikin geger saat Pemerintah Swiss mengutarakan rencana mengadakan referendum untuk menentukan larangan memakai cadar. Jajak pendapat menunjukkan sebagian besar rakyat Swiss mendukung larangan cadar untuk diatur dalam undang-undang.
Proposal referendum ini datang jauh sebelum pandemi virus corona yang membuat semua orang menutup wajahnya dengan masker. Pada Oktober 2017, Swiss mengumumkan usulan tentang larangan burqa dan niqab berhasil meraup 100 ribu tanda tangan yang disyaratkan untuk dilakukan pemungutan suara.
Usulan referendum larangan cadar ini tidak menyebut Islam secara langsung. Mereka justru mengaitkannya bahwa larangan ini diperlukan guna mewaspadai perusuh yang biasa menutupi wajahnya. Tetap saja, politikus, media, dan juru kampanye lokal menjulukinya sebagai larangan burqa
Sumber: RT.com
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini