KEHIDUPAN pejabat tinggi Malaysia cukup menyenangkan. Tapi
mereka diminta mengencangkan ikat pmggang. Perdana Menteri
Mahathir Mohamad menganggap gaji mereka sekarang terlalu tinggi.
Kesimpulannya: perlu dipotong. Terutama PM, deputi PM, menteri,
deputi menteri, dan sekretaris parlemen yang bakal terkena
pemotongan gaji.
Gaji bulanan mereka di luar tunjangan jabatan: PM M$8.500
--sekitar Rp 2,4 juta, dcputi PM M$7.550, menteri M$6.500,
deputi menteri M$5.000, dan sekretaris parlemen M$.3500. Angka
ini baru saja dinaikkan oleh pemerintahan PM Hussein Onn di
tahun 1980, ketika Mahathir masih deputi PM.
Tunjangan jabatan untuk PM dan deputi PM tidak disebutkan
besarnya. Tapi menteri dan deputi menteri membawa pulang
tunjangan jabatan masing-masing M$15.500 dan M$12.950. Ada lagi
tambahan lain mereka peroleh -seperti tunjangan perumahan, biaya
un tuk menjamu tamu, gaji pelayan dan sopir. Penerimaan itu,
menurut Mahathir, besar sekali. Ia belum menyebutkan angka yang
layak maupun kapan kebijaksanaan potong gaji itu akan
dijalankan.
Gagasan Mahathir itu tentu saja menghebohkan banyak orang.
Bahkan ada menteri yang meragukan kebenaran kabar tersebut.
"Jangan-jangan wartawan salah kutip," kata seorang menteri yang
tak rela namanya disebut. Mahathir menyampaikan gagasannya di
depan delegasi Malaysian Technical Se vices Union di
Kualalumpur pekan lalu. Seorang pejabat tinggi lain bahkan
Inenyayangkan bahwa tidak ada menten, deputi menteri, maupun
sekretais parlemen yang menentang ide Mahathir itu.
Penyokong gagasaq Mahathir, juga seorang menteri, berpendapat
ide PM itu sangat terpuji. "Prioritas utama kita sebagai pejabat
adalah pengabdian kepada negara dan bangsa," katanya. "Bukan
memikirkan gaji."
Yang pasrah juga ada. "Kita mau bilang apa jika PM memutuskan
untuk memotong gaji. Menenang dia adalah perbuatan
gila-gilaan," kata seorang sekretaris parlemen.
Di kalangan rakyat, gagasan Mahathir mendapat dukungan besar.
"PM telah melakukan apa yang dirasanya baik," kata Mohamad
Shafie Yusof, seorang pegawai negeri. "Saya hormat pada
Mahathir." Sokongan juga mengalir dari masyarakat keturunan Cina
maupun India--umumnya mereka ini pedagang.
Tapi ada juga yang cemas. "Gairah kerja para pejabat itu mungkin
menutun akibat pemotongan gaji mereka," kata Tan Bin Haji
Hassan, 56 tahun, Yhari-hari menjadi sopir.
Dibandingkan dengan pejabat tinggi Singapura sebetulnya gaji PM
dan menteri Malaysia masih terhitung rendah. Gaji bulanan, di
luar tunjangan, di Singapura: PM S$ 13.695--sekitar Rp 4,3 juta,
deputi PM S$ 11.535, menteri senior S$ 10.095, menteri negara
senior S$ 6.490, dan menteri negara S$ 5.050. Tambahan lainnya
juga besar. Tapi pendapatan perkapita Singapura (1975) US$
279, dibandingkan MaJaysia 1975) US$ 714.
Di Indonesia, gaji pokok pejabat tinggi pemerintah jauh lebih
rendah. Misalnya menteri bergaji Rp 250.000. D samping itu para
pejabat tinggi Indonesia juga mendapat tunjangan jabatan,
tunjanan istri dan anak, dan lainnya. Namun demikian total gaji
presiden dan wapres masing-masing sekitar Rp 3 juta dan Rp 2
juta. Juga lebih rendah pendapatan perkapita Indonesia (1978),
US$ 304.
Tak diperinci alasan Mahathir ingin memotong gaji pejabat tinggi
Malaysia. Tapi Mahathir, yang baru dikukuhkan sebagai PM empat
bulan lalu, dikenal sebagai pekerja keras dan berpegang pada
prinsip produktivitas dan efisiensi. Rupanya ia melihat
penghasilan menteri sekarang masih bisa dikurangi tanpa
memengganggu kelancaran kerja mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini