Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Prancis dan Inggris Usulkan Gencatan Senjata Parsial Perang Ukraina

Prancis dan Inggris mengusulkan gencatan senjata terbatas antara Rusia dan Ukraina.

3 Maret 2025 | 15.00 WIB

Presiden Prancis Emmanuel Macron berjalan menuju lokasi KTT G20 Indonesia 2022, Nusa Dua, Bali, Selasa, 15 November 2022. Masa jabatan pertamanya diguncang oleh protes "rompi kuning" dari masyarakat, tetapi ia berhasil mengalahkan saingan sayap kanan Marine Le Pen kedua kalinya pada April 2022 untuk periode kedua. ANTARA/Media Center G20 Indonesia/Akbar Nugroho Gumay
Perbesar
Presiden Prancis Emmanuel Macron berjalan menuju lokasi KTT G20 Indonesia 2022, Nusa Dua, Bali, Selasa, 15 November 2022. Masa jabatan pertamanya diguncang oleh protes "rompi kuning" dari masyarakat, tetapi ia berhasil mengalahkan saingan sayap kanan Marine Le Pen kedua kalinya pada April 2022 untuk periode kedua. ANTARA/Media Center G20 Indonesia/Akbar Nugroho Gumay

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Prancis dan Inggris mengusulkan gencatan senjata parsial selama satu bulan antara Rusia dan Ukraina, namun tidak akan mencakup pertempuran darat. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan gencatan senjata akan meliputi serangan udara, laut, dan infrastruktur energi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Macron menambahkan bahwa garis depan pertempuran kedua negara itu setara dengan jarak antara Paris dan Budapest.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Jika terjadi gencatan senjata, akan sangat sulit untuk memverifikasi (pertempuran) di sepanjang garis depan dihormati," kata Macron kepada Le Figaro, Ahad, 2 Maret 2025, dikutip dari Reuters.

Macron berbicara kepada surat kabar Le Figaro saat ia terbang ke London untuk pertemuan dengan para pemimpin Eropa, yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri Inggris Keir Starmer untuk memajukan upaya menyusun rencana perdamaian Ukraina.

Konferensi Tingkat Tinggi di London diadakan dua hari setelah pertemuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih dengan Presiden AS Donald Trump yang berakhir pada pertikaian. Para pemimpin dunia telah menawarkan dukungan yang kuat kepada Zelensky dan berjanji untuk berbuat lebih banyak untuk membantu Ukraina.

Berdasarkan usulan Prancis-Inggris, Macron menyampaikan, pasukan darat Eropa hanya akan dikerahkan ke Ukraina pada tahap kedua.

"Tidak akan ada pasukan Eropa di tanah Ukraina dalam beberapa minggu mendatang," ujar Macron.

"Pertanyaannya adalah bagaimana kita menggunakan waktu ini untuk mencoba mencapai gencatan senjata, dengan negosiasi yang akan memakan waktu beberapa minggu dan kemudian, setelah perdamaian ditandatangani, pengerahan (pasukan)."

Saat ditanya wartawan di London apakah mengetahui rencana tersebut, Zelensky mengaku sudah mengetahui usulan tersebut. "Saya mengetahui semuanya," tuturnya.

Macron mengatakan negaranya dan negara-negara Eropa lainnya harus mengeluarkan lebih banyak dana untuk pertahanan. Dia mengatakan kepada Le Figaro bahwa ini mungkin berarti sekitar 3-3,5 persen dari produk domestik bruto. Dia juga mengatakan bahwa Komisi Eropa juga perlu lebih inovatif dalam membiayai pengeluaran pertahanan.

Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menegaskan kembali dukungan penuh negaranya kepada Ukraina saat menerima Presiden Volodymyr Zelensky di London, pada Sabtu waktu setempat seperti dilansir Anadolu.

Presiden Ukraina tiba di London, untuk bertemu PM Starmer dan menghadiri KTT terkait Ukraina pada Ahad 2 Maret 2025. KTT tersebut akan dihadiri sejumlah pemimpin Eropa.

"Anda mendapat dukungan penuh dari seluruh Inggris Raya, dan kami akan terus bersama anda dan Ukraina sampai kapanpun," kata Starmer kepada Zelensky.

Starmer mengatakan Inggris memiliki tekad "absolut" dan "tak tergoyahkan" untuk mencapai cita-cita bersama, yaitu "perdamaian berkelanjutan di Ukraina berdasarkan kedaulatan dan keamanan."

Zelensky kemudian berterima kasih kepada Starmer dan rakyat Inggris atas dukungan mereka kepada Ukraina sejak perang dengan Rusia meletus pada 2022.

Sita Planasari ikut berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

Savero Aristia Wienanto

Savero Aristia Wienanto

Bergabung dengan Tempo sejak 2023, alumnus Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada ini menaruh minat dalam kajian hak asasi manusia, filsafat Barat, dan biologi evolusioner.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus