Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Prancis, Jerman, Italia dan Inggris pada Sabtu, 8 Maret 2025, kompak mengutarakan dukungan pada rencana negara-negara Arab terkait dengan rekonstruksi Gaza yang menyedot anggaran US$ 53 miliar (Rp862 triliun). Rencana itu juga mengesampingkan relokasi warga Gaza dari wilayah tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Rencana ini memperlihatkan sebuah jalan yang masuk akal terhadap pembangunan kembali Gaza dan janji-janji – jika diterapkan. Rencana tersebut juga mengarah pada perkembangan yang berkesinambungan dari kehidupan warga Gaza yang sekarang morat-marit,” demikian bunyi pernyataan bersama kementerian luar negeri keempat negara tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Reuters mewartakan rencana itu disusun oleh Mesir dan diadopsi para pemimpin negara Arab pada Selasa, 4 Maret 2025. Namun rencana itu ditolak Israel dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang menginginkan Gaza menjadi ‘mutiara dari Timur Tengah’.
Proposal yang disorongkan Mesir itu, menggambarkan pembentukan sebuah komite administratif yang independen, yang terdiri dari para teknokrat asal Palestina yang independen dan bisa dipercaya dalam memimpin Gaza setelah perang berakhir antara Israel dan Hamas.
Komite tersebut akan bertanggung jawab mengawasi distribusi bantuan kemanusiaan dan mengatur hubungan luar negeri Gaza untuk sementara waktu di bawah pengawasan Otoritas Palestina.
Pernyataan yang diterbitkan empat negara Eropa itu menyatakan mereka berkomitmen bekerja sama dengan inisiatif negara-negara Arab dan menghormati sinyal penting dari mereka dengan cara mengembangan rencana membangun kembali Gaza.
Sebelumnya pada awal Maret 2025, sejumlah sumber di Pemerintah Israel, Tel Aviv mengumumkan rencana menerapkan strategi eskalasi terhadap Jalur Gaza dalam waktu seminggu, termasuk memutus aliran listrik, membunuh tokoh-tokoh Hamas, dan mengusir warga Palestina dari Gaza utara ke selatan.
Stasiun penyiaran publik Israel, KAN, mengutip sumber informasi yang tidak disebutkan namanya, melaporkan bahwa rencana tersebut—yang dijuluki “Neraka”—akan mencakup pemadaman listrik total, pengungsian massal, dan serangan militer skala penuh. Sumber tersebut menggambarkannya sebagai eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dibandingkan beberapa pekan dan bulan terakhir.
Pilihan editor: Elon Musk dan Menlu Rubio Cekcok Soal Pemangkasan PNS di AS