Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Presiden Erdogan Ajukan Jadi Juru Damai Perang Ukraina

Erdogan menyampaikan kesediaannya ambil bagian dalam menyelesaikan perang Ukraina

8 Oktober 2022 | 08.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Tayyip Erdogan bertelepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat, 7 Oktober 2022. Kedua pemimpin membahas beberapa isu, di antaranya hubungan bilateral kedua negara dan perang Ukraina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kantor Kepresidenan Turki, seperti dikutip Reuters menyebut, Erdogan menyampaikan kesediaannya ambil bagian dalam menyelesaikan perang Ukraina. Menurut Direktorat Komunikasi Turki, perkembangan terakhir invasi Rusia ke Ukraina juga dibahas dalam pertemuan tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan selama konferensi pers setelah pembicaraan mereka di Sochi, Rusia 22 Oktober 2019. [Sputnik / Alexei Druzhinin / Kremlin via REUTERS]

Ketegangan di perang Ukraina meningkat setelah Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa waktu lalu mengumumkan mobilisasi militer parsial untuk mendongkrak perang Ukraina. Warga Rusia banyak yang protes dan kabur dari tanah airnya karena menolak wajib militer.

Deklarasi pencaplokan empat wilayah Ukraina oleh Rusia pekan lalu memanaskan ketegangan dua negara yang sama-sama bekas Uni Soviet itu. Tak lama setelahnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan pengajuan jalur cepat keanggotaan blok militer Barat, NATO.

Putin meresmikan aneksasi empat wilayah Ukraina pada Rabu, 5 Oktober 2022. Penandatanganan oleh Putin dua hari lalu merupakan tahap akhir dari proses legislatif; dua kamar parlemen Rusia yang telah meratifikasi rencana tersebut.

Reuters mewartakan, Presiden Putin mengesahkan undang-undang yang memungkinkan pencaplokan empat wilayah Ukraina - Donetsk dan Luhansk di timur serta Zaporizhzhia dan Kherson di selatan, memiliki dasar hukum untuk bergabung dengan Rusia.

Aneksasi itu ditolak mentah-mentah oleh Ukraina dan negara-negara Barat, yang menilainya sebagai tindakan ilegal. Amerika Serikat, Inggris dan Kanada pun mengumumkan sanksi baru ke Rusia. 

Turki melalui Kementerian Luar Negeri juga menolak pencaplokan empat wilayah Ukraina oleh Rusia. Ankara menegaskan sikapnya tidak berubah seperti aneksasi Krimea oleh Rusia pada 2014 silam.

Laporan Reuters tidak menjelaskan secara detail pembahasan bilateral Putin dan Erdogan pada Jumat, 7 Oktober 2022. Ankara dan Moskow disebut punya hubungan yang rumit. Kedua negara bekerja sama erat dalam pasokan energi, namun silang pendapat mengenai Suriah, Libya, dan Azerbaijan. Kantor berita Rusia TASS menyebut pemimpin Rusia dan timpalannya dari Turki akan bertemu dalam 3-4 hari ke depan.

Turki, yang merupakan anggota blok militer Barat, NATO, memiliki hubungan dekat dengan Ukraina dan Rusia. Ankara telah berusaha untuk menyeimbangkan hubungan selama perang, dengan menolak sanksi Barat terhadap Moskow sambil mengkritik invasi Rusia dan memasok Kyiv dengan drone bersenjata.

Bersama dengan PBB, Turki menengahi kesepakatan Juli untuk membuka ekspor gandum Ukraina dari pelabuhan Laut Hitamnya. Konsensus itu menjadi satu-satunya terobosan diplomatik signifikan dalam konflik tujuh bulan invasi Rusia. 

REUTERS | TASS

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus