Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Selama perjalanan hidupnya, Yasser Arafat selalu mengumandangkan pembebasan Palsetina dari Israel. Salah satu bukti konkrit dari tindakannya, ia membentuk organisasi Fatah. Fatah merupakan organisasi politik dan militer yang dibentuknya untuk kebebasan Palestina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari laman Britannica, Fatah merupakan organisasi politik dan militer dari Palestina yang didirikan pada akhir 1950-an oleh Yasser Arafat dan Khalil al-Wazir dengan tujuan untuk merebut Palestina dari kendali Israel dengan melancarkan perang gerilya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 1963, Fatah mulai menjadi salah satu kekuatan yang diperhitungkan akibat organisasi ini memperoleh dukungan dari Suriah dan memiliki basis yang besar di Damaskus. Pada tahun ini juga, Fatah telah mengembangkan struktur organisasi tipe komando. Pada Desember 1964, Fatah mulai melakukan operasi militer pertamanya ketika meledakkan instalasi pompa air milik Israel.
Kemudian, pada 1968 Fatah yang berpusat di Yordania telah menjadi kekuatan utama Palestina dan menjadi target utama dari serangan Israel. Di desa Karameh di Yordania, Israel menyerang Fatah dengan menewaskan 150 gerilyawan dan 29 tentara Israel. Keberhasilan Fatah menahan serangan tentara Israel ditambah dengan dipukul mundurnya Liga Arab oleh Israel dalam Perang Enam Hari pada 1967, meningkatkan upaya Fatah secara aspek politis dan psikologis. Pada akhir 1960-an, Fatah menjelma menjadi salah satu organisasi gerakan pembebasan terbesar di Palestina.
Dilansir dari Britannica, akibat perang saudara pada September 1970 di Yordania, tentara Yordania kemudian memaksa para pejuang Fatah untuk keluar dari Yordania dan mendesak mereka hingga masuk ke Lebanon. Pada 1971, otoritas Yordania membunuh Abu Iyad, salah satu pemimpin dari Fatah yang dihormati. Setelahnya, sebuah korps militan ekstrimis Fatah muncul yang menamakan diri mereka Black September sebagai penghormatan atas peristiwa pada 1970, kelompok ini kemudian membunuh Perdana Menteri Yordania, Wasfi Al-Tel pada November di tahun yang sama.
Pada 1982, invasi Israel ke selatan Lebanon menyebabkan krisis di tempat Fatah bermarkas. Dalam sebuah operasi khusus yang ditujukan untuk menangani aktivitas gerilya Palestina di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel, tentara Israel menggulingkan PLO dan Fatah dari Lebanon Selatan.
Setelah operasi ini, Fatah mengalami kemunduran serius sebagai sebuah organisasi, faksi-faksi yang saling tuduh di dalam internal Fatah bahkan memperburuk keadaan organisasi pembebasan ini. Namun, pada 1990-an Yasser Arafat merebut kembali kepemimpinannya di organisasi Fatah.
Di tengah kekecewaan akibat kekalahan dan perpecahan Fatah, muncullah saingan Fatah yakni Gerakan Hamas yang didirikan dengan tujuan untuk menentang Fatah pada 1987. Persaingannya dengan organisasi baru ini membuat Fatah melakukan strategi pragmatisme dalam pejuangan untuk menentukan nasib Palestina.
Mengutip dari laman Britannica, pada 1988, PLO yang dipimpin oleh Fatah mendeklarasikan kemerdekaan Palestina sebagai pemerintahan yang sah di pengasingan, mengakui adanya Negara Israel, menolak terorisme, dan menganut solusi dua negara. Lalu, pada 1991, Israel dan PLO menanda tangani perjanjian damai, yakni kesepakatan Oslo.
Pada akhir Oktober 2004, Arafat sebagai pemimpinnya jatuh sakit dan diterbangkan ke Perancis untuk perawatan lebih lanjut. Selanjutnya, ia meninggal dunia pada 11 November akibat kelainan darah misterius.
Mahmoud Abbas dikukuhkan sebagai penerus Yasser Arafat sebagai ketua Fatah tak lama setelah itu. Namun, Abbas mewarisi sebuah partai yang terpecah, yang membutuhkan reformasi, dan kehilangan dukungan rakyatnya.
MUHAMMAD SYAIFULLOH
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.