Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengadilan Rusia pada hari Senin menjatuhkan hukuman 15 hari penjara terhadap empat anggota kelompok protes, Pussy Riot, yang menyusup ke lapangan saat final Piala Dunia antara Prancis dan Kroasia. Mereka berlari ke lapangan mengenakan seragam polisi.
Aksi di lapangan yang dilakukan oleh ketiga anggota band punk di awal babak kedua final di stadion Luzhniki di Moskow dilakukan tepat di depan mata Presiden Rusia Vladimir Putin dan pejabat tinggi lainnya dari seluruh dunia.
Baca: Masuk Lapangan Final Piala Dunia Rusia, Pussy Riot Protes Ini
Dilaporkan Reuters, 17 Juli 2018, hakim juga memutuskan melarang keempatnya menghadiri acara olahraga selama tiga tahun. Keempatnya adalah Veronika Nikulshina, Olga Pakhtusova, Olga Kurachyova dan Pyotr Verzilov, satu-satunya laki-laki.
Kurachyova mengatakan aksi mereka dimaksudkan untuk mempromosikan kebebasan berbicara dan mengutuk kebijakan FIFA, badan sepakbola global sepak bola.
"Sangat disayangkan kami mengganggu olahragawan," kata Kurachyova
"FIFA terlibat dalam permainan yang tidak adil, sangat disayangkan. FIFA adalah teman kepala negara yang melakukan represi, yang melanggar hak asasi manusia," lanjut Kurachyova .
Seorang petugas mengejar dua orang yang menyusup ke dalam lapangan selama pertandingan final antara Prancis dan Kroasia di Piala Dunia 2018 di Stadion Luzhniki di Moskow, Rusia, Minggu, 15 Juli 2018.[AP Photo / Thanassis Stavrakis]
Verzilov mengatakan aksi itu juga dimaksudkan untuk menunjukkan bagaimana negara, dalam bentuk polisi, mengganggu kehidupan orang-orang.
Tiga anggota asli Pussy Riot dipenjara pada 2012 karena melakukan protes terhadap Putin di sebuah gereja dan kelompok tersebut sejak itu menjadi simbol tindakan langsung anti-Kremlin.
Sementara Dewan Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa memutuskan bahwa pemerintah Rusia melanggar hak-hak kolektif punk Pussy Riot selama protes 2012 di dalam katedral Moskow.
Baca: Curi Perhatian di Piala Dunia 2018, Ini Sosok Presiden Kroasia
Dilansir Associated Press, keputusan yang diumumkan pada Selasa 17 Juli, memerintahkan Rusia untuk membayar anggota Pussy Riot lebih dari US$ 49.000. Pussy Riot sering melakukan aksi-aksi memalukan untuk menarik perhatian terhadap dugaan pelanggaran di bawah pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin, dan yang terakhir adalah menerobos ke lapangan selama final Piala Dunia di Moskow.
Pussy Riot telah dua kali menyelinap ke dalam gereja dan memainkan alat musiknya, kemudian memainkan sebuah lagu yang berisi kata-kata tidak senonoh yang dimaksudkan untuk memprotes dukungan pemimpin Gereja Orthodox terhadap Putin, sebagaimana yang mereka lakukan sebelumnya di gereja lain. Pussy Riot kemudian dihukum karena hooliganisme dan kejahatan disertai kebencian dan dijatuhi hukuman dua tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini