Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bob Woodward dan Carl Bernstein, dua wartawan yang amat sohor dalam sejarah jurnalistik Amerika Serikat (AS), akhirnya melanggar "sumpah" mereka. Pada Selasa pekan lalu, keduanya membuat pernyataan bersama bahwa Deep Throat, sumber anonim yang membantu mereka membongkar kasus Watergatesalah satu skandal terbesar dalam sejarah politik Amerikaadalah Mark Felt. Dia bekas Wakil Direktur Biro Investigasi Federal, FBI. "Mark Felt adalah Deep Throat yang membantu kami dalam liputan Watergate," ujar Woodward dan Bernstein. Maka terkuaklah rahasia lama yang telah dikekap rapat-rapat oleh kedua wartawan ini selama 31 tahun.
Kisah Deep Throat bermula pada 17 Juni 1972, tatkala lima orang menerobos markas Partai Demokrat di Watergate, Washington, DC. Semula peristiwa itu dianggap kasus pencurian biasa. Woodward dan Bernstein mengendus aroma lain: ada skandal politik kakap yang bermuara di Gedung Putih. Maka dua reporter magang itu menelisik ke mana-mana. Investigasi mereka berhasil membongkar kecurangan sejumlah anggota Komite Pemilihan Kembali Presiden, sebuah kelompok yang mendukung Presiden Nixon agar terpilih kembali.
Woodward dan Bernstein mengaku, sebagian besar informasi mereka dipasok oleh seorang sumber anonim yang mereka sebut dengan Deep Throat. Hasil investigasi itu berujung pada impeachment Kongres terhadap Nixon, 27 Juli 1974. Dia dianggap berdosa karena berupaya menghentikan penyelidikan FBI atas skandal Watergate. Pada Agustus 1974, Nixon mengundurkan diri dari kursi presiden. Amerika mencatat tonggak baru dalam sejarah investigasi jurnalistik mereka dengan dua bintang muda yang bersinar-sinar, Woodward dan Bernstein.
Investigasi Watergate membawa keduanya pada penghargaan bergengsi Pulitzer. Kesohoran mereka kian melejit setelah pengalaman liputan Watergate itu mereka bukukan dalam All The President's Men. Buku itu menjadi "kitab suci" bagi reporter investigasi. Dua tahun kemudian beredar versi film dengan judul yang sama. Dibintangi Robert Redford dan Dustin Hoffman, film ini amat digandrungi seantero jagat.
Investigasi Woodward dan Bernstein diwarnai aneka ketegangan, intrik, dan ancaman. Karena takut disadap, Deep Throat mendesak agar mereka berhenti menghubunginya lewat telepon. Mulailah periode perjumpaan di kegelapan tempat-tempat parkir di Washington. Manakala Woodward ingin bertemu, dia menancapkan bendera merah di vas bunga di jendela apartemennya sebagai kode. Jika Deep Throat yang ingin bersua, ia melingkari dengan pena halaman 20 koran New York Times di pintu apartemen Woodward. "Follow the money, ikuti (aliran) uangnya," adalah ujaran Mark Felt yang amat terkenal kepada sang wartawan.
Tokoh Deep Throat menjadi misterius karena Woodward dan Bernstein berkukuh menyembunyikan identitasnya atas permintaan Felt. Hanya mereka berdua dan editor Ben Bradlee yang tahu jati diri si sumber. Mereka "bersumpah" hanya akan membukanya setelah Felt meninggal. "Kami menyimpan rahasia itu untuk menepati janji," ujar Woodward kala itu. Felt juga merahasiakannya dari istri dan anaknya.
Upaya mengungkap identitas Deep Throat sempat terjadi berkali-kali. Nama Mark Felt pernah disebut-sebut. Tapi Felt selalu membantahnya, seperti yang dia tulis dalam memoarnyaterbit pada 1979berjudul The FBI Pyramid from The Inside Felt ."Saya tak pernah membocorkan informasi kepada Woodward dan Bernstein atau orang lain," tulis Felt. Dia mengaku pernah sekali berbicara dengan Woodward.
Majalah Vanity Fair akhirnya berhasil menyibak sosok Deep Throat yang kini telah berumur 91 tahun. Tulisan itu dibuat Vanity berdasarkan artikel seorang pengacara San Francisco, John O'Connor. Berjudul Sayalah Lelaki yang Disebut Deep Throat, tulisan itu menggegerkan Washington. Orang kontan bertanya-tanya mengapa Felt berubah pikiran.
Dalam artikelnya O'Connor mengutip kesaksian Joan Felt dan Mark Feltanak-anak Deep Throatbahwa selama puluhan tahun ayah mereka menanggung rasa bersalah karena merasa mengkhianati FBI. "Mark Felt merasa sebagai seorang laki-laki tidak terhormat, seorang agen FBI yang tak loyal," tulis John O'Connor. Joan dan Mark terus membujuk ayahnya agar membuat pernyataan terbuka bahwa dialah Deep Throat. Joan Felt ingin agar ayahnya tak terbebani lagi oleh masa lalu.
Sejatinya, putri mantan Wakil Direktur FBI ini punya juga motif lain. Bagi Joan, Bob Woodward telah memperoleh kemuliaan. Maka, ayahnya pun dapat membuka cerita lama itu agar mereka bisa mendapatkan uang untuk membayar tagihan dan utang untuk uang sekolah anak-anak. "Lakukanlah untuk keluarga," Joan memohon kepada ayahnya (lihat boks Terpikat Nasihat Lama) Felt setuju dan berkata, "Itu alasan yang baik."
Lewat John O'Connor, mereka mengontak editor Vanity Fair, Graydon Carter, dan mengatakan Deep Throat ingin membuka topengnya di Vanity secara eksklusif. Redaksi majalah bulanan itu menghabiskan waktu dua tahun untuk menggarap cerita ini bersama O'Connor. Maka, luruh sudah cadar yang menutupi wajah Mark Felt selama 31 tahundan jurnalisme Amerika tampaknya kembali mencatatkan babak baru dalam sejarahnya.
Raihul Fadjri (Vanity Fair, Washington Post, BBC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo