Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Raja Abdullah II bin Al-Hussein dari Yordania menolak segala upaya mencaplok tanah dan menggusur warga Palestina. Penolakan itu disampaikan Raja Abdullah pada Rabu, 5 Februari 2025, usai Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengutarakan niat ingin mengambil alih Gaza. Usulan merelokasi warga Palestina dari Gaza telah menjadi isu sangat sensitif di Yordania.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Raja Abdullah II menekankan perlunya menghentikan perluasan permukiman (Israel), dan menolak terhadap segala upaya mencaplok tanah dan menggusur warga Palestina," demikian keterangan pengadilan kerajaan Yordania dalam sebuah unggahan di X, seperti dikutip dari Reuters.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya pada Selasa 4 Februari 2025, Trump mengutarakan rencana ingin merelokasi warga Palestina yang bermukim di Gaza ke tempat lain. Sedangkan wilayah Gaza yang saat ini remuk, akan dikembangkan secara ekonomi oleh Amerika Serikat. Gagasan ini memicu kecaman internasional secara luas.
Reuters mewartakan rencana Trump jika jadi dilaksanakan dapat memicu kerusuhan di Yordania, di mana protes selama lebih dari setahun terhadap serangan Israel ke Gaza telah menyoroti ketergantungan negara tersebut pada AS dan Israel.
Sebagian besar warga Yordania, termasuk banyak warga Palestina dengan kewarganegaraan Yordania, telah menyatakan frustrasi dengan keengganan pemerintah Yordania untuk memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat dan Israel. Di Yordania, ada lebih dari dua juta pengungsi Palestina
Yordania telah lama menjadi salah satu penerima bantuan luar negeri Amerika Serikat terbesar di Timur Tengah. Bantuan ini memainkan peran penting dalam stabilitas ekonomi dan keamanan negara tersebut.
Peran, kehadiran, dan masa depan warga Palestina di Yordania merupakan salah satu isu yang paling sensitif secara politik di negara tersebut. Pemerintah tidak merilis data tentang berapa banyak dari 8 juta warganya yang merupakan keturunan Palestina, meskipun laporan kongres Amerika Serikat baru-baru ini memperkirakan angkanya lebih dari setengahnya.
Raja Abdullah dijadwalkan rapat dengan Trump pada 11 Februari di Gedung Putih, Amerika Serikat. Trump mengatakan dia akan mendukung upaya untuk memukimkan kembali warga Palestina secara permanen dari Gaza, setelah 15 bulan perang antara kelompok Hamas yang berkuasa dan Israel, ke tempat-tempat di mana mereka dapat hidup tanpa takut akan kekerasan.
Trump juga mengatakan dia dan timnya telah membahas kemungkinan ini dengan Yordania, Mesir, dan negara-negara regional lainnya. Dalam konferensi pers, Trump mengatakan raja Yordania dan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi akan menyetujui gagasan tersebut meskipun mereka menentangnya. Trump mengatakan mereka akan "membuka hati dan akan memberi jenis tanah yang dibutuhkan Amerika Serikat dan Israel agar warga Gaza dan Israel dapat hidup dalam harmoni dan damai".
Pada akhir Januari, Trump menyebut bahwa Yordania dan Mesir harus menerima lebih banyak warga Palestina dari Gaza. Namun Yordania menolak saran awal Trump saat itu.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini