Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Restoran di Serbia memberikan seporsi daging sapi panggang gratis untuk orang-orang yang sudah disuntik vaksin Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemilik restoran Stavro Raskovic di kota Kragujevac menawarkan hidangan lokal populer pada Selasa, sebagai upaya mempromosikan vaksinasi dan berkampanye untuk pembukaan kembali sepenuhnya restoran, kafe, dan bar di Serbia, yang hanya dapat melayani pelanggan di luar ruangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lockdown pada 2020 dan pembatasan parsial tahun ini, telah mendorong restoran Biblioteka kod Milutina (Perpustakaan Milutin) hampir bangkrut, kata Raskovic. Pada Selasa, puluhan orang mengantre di restorannya untuk menerima dosis vaksin corona dan sepiring daging sapi panggang.
"Bisnis kami, katering, sangat terpukul...dan jika ini (vaksinasi) adalah jalan keluarnya, maka kami ingin berkontribusi," katanya, dikutip dari Reuters, 5 Mei 2021.
Orang-orang menunggu untuk menerima dosis vaksin Sinopharm untuk melawan penyakit virus corona (COVID-19) di restoran di Kragujevac, Serbia, 4 Mei 2021. [REUTERS / Marko Djurica]
Otoritas kesehatan setempat mengubah aula restoran utama Raskovic menjadi titik vaksinasi untuk memberikan suntikan vaksin Pfizer/BioNtech dan Sinopharm China.
"Hari ini...kami memiliki (vaksin dari) Timur dan Barat di menu, untuk selera semua orang," kata Raskovic.
Bane Jajic, pria 63 tahun asal Kragujevac, memuji ide Raskovic sambil menikmati sepiring sapi panggang dan segelas bir.
"Suatu hari nanti...seseorang akan mengatakan bahwa paman Bane divaksinasi di sini," katanya.
Sekitar sepertiga dari 7 juta penduduk Serbia telah menerima setidaknya satu dosis vaksin sejauh ini. Covid-19 telah menewaskan 6.456 orang di Serbia dan 694.473 terinfeksi.
Desember lalu, Serbia memulai kampanye vaksinasi nasional, memungkinkan orang untuk memilih vaksin Covid-19 dari Pfizer/BioNtech, AstraZeneca/Oxford, Sputnik V Rusia atau Sinopharm Cina.
REUTERS